Pagi ini cukup cerah untuk sekedar jogging atau jalan-jalan pagi. Tapi sepertinya seorang gadis bernama Icha ini cukup malas untuk bangun pagi meski disambut dengan sinar matahari yang menyilaukan mata ini.
Berkali-kali ponselnya berbunyi tanda ada telepon masuk, tapi berkali-kali juga Icha mengabaikannya. Karena lelah ponselnya tidak segera diam, Icha meraih ponsel dimejanya dan menekan tombol hijau tanda ia menerima panggilan itu.
"Halo? Apaan sih pagi-pagi ganggu banget?!" teriaknya.
Hening beberapa saat sebelum sebuah suara terdengar dari seberang telepon, "kau belum bangun?"
KOKI! MAMPUS!
Icha menjauhkan ponselnya dari telinganya untuk melihat siapa yang menelponnya pagi ini. Benar saja nama Koki tertera dilayar ponselnya.
"Ah, maaf. Aku baru bangun. Bukannya kita janjian jam delapan?" Icha melihat jam dinding yang masih menunjukkan pukul tujuh.
"Aku hanya memastikan bahwa kau tidak terlambat" ucap Koki dengan nada datar.
"Maaf maaf, sebentar lagi aku siap-siap" Icha mematikan sambungan telepon secara sepihak dan bangun.
Tangannya sibuk merogoh laci untuk mencari ikat rambut yang biasa ia letakkan disana. Setelah mendapatkannya, Icha menyisir rambutnya dengan jari, menyatukannya tinggi-tinggi, lalu mengikatnya.
"Mandi nggak, ya? Pengen hemat air" tapi akhirnya Icha tetap masuk kekamar mandi dengan membawa pakaian ganti.
"Tiga anak kura-kura itu belum pulang, ya? Hah, baru sadar semalem tidur sendirian" omel Icha sambil menaruh pasta gigi pada sikat giginya.
###
Hampir satu jam ritual mandi Icha akhirnya berakhir. Icha mengambil sebuah jaket berwarna coklat digantungan bajunya dan mengambil tas sekaligus ponselnya sebelum keluar kamar.
Ternyata ia mendapat dua kali missed call dari Koki sekitar lima menit yang lalu. Icha tidak mau repot-repot menelponnya balik hanya untuk menanyakan alasan Koki menelponnya.
Icha mengunci pintu dan menemukan Koki sudah bersandar di pagar rumahnya, "kupikir kau sudah meninggalkanku karena aku terlambat sepuluh menit" ucap Icha acuh.
"Kau melepas perban dikepalamu?"
Icha mengangguk, "aku menggantinya dengan plester kecil. Kurasa Sougo terlalu berlebihan ketika melingkarkan perban dikepalaku kemarin"
"Tapi apakah kau baik-baik saja? Abaikan saja dare kemarin jika kau tak enak badan"
"Aku baik-baik saja hanya untuk jalan-jalan sebentar"
"Tapi nanti sore kami ada latihan, bolehkah kau ikut?" Koki menyeret tangan Icha yang dirasa berjalan terlalu lambat.
"Tentu, bukankah ini tugasku sebagai bendahara klub?"
"Ah sebenarnya aku hanya ingin kau melihatku latihan" gumam Koki.
"Kau bilang apa? Maaf aku tidak dengar"
"Bukan apa-apa. Bagaimana jika kita pergi ke game centre?" Tawar Koki.
Icha hanya mengangguk, "terserah kau saja. Aku mengikutimu"
Koki mengajak Icha masuk ke sebuah game centre yang lumayan besar di Tokyo. Icha mengikuti Koki dari belakang, tapi dari daritadi tangan Koki masih setia menyeret Icha.
"Kau mau main apa?" tawar Koki.
Icha mengedikkan kedua bahunya, "entah, aku ikut kau saja"
KAMU SEDANG MEMBACA
The 'Cause We Met
Teen Fiction[SLOW UPDATE] "Jadi kalian semua minggat juga?" -Icha. "Aku capek dirumah, semua nggak ada yang peduli sama aku. Jadi lebih baik aku pergi dari rumah" -Fia. "Iya, mereka juga nggak peduli sama yang aku inginkan. Mereka nggak pernah jadi remaja mung...