36-SAKIT

47 9 1
                                    

Icha POV

Sore ini kami memutuskan untuk berdiam diri dan berkumpul di ruang keluarga di villa ini.

Aku duduk di sofa samping Fia sambil mencoba menelpon ke nomor Febi.

"Sebenarnya tersambung. Tapi tidak diangkat," aku menyerah. Sudah beberapa kali aku menelpon Febi, tapi selalu saja tidak diangkat.

"Coba lagi saja nanti. Mungkin nanti dia menelpon balik," ujar Reo.

Sebenarnya, mana mungkin dia menelpon balik kalau memang dia diculik.

"Ada yang bisa melacak ponselnya?" Usul Hyoma.

Sayangnya kami semua menggeleng.

"Bagaimana kalau kita makan malam dulu?" Ujar Jean.

"Makan saja yang kau pikirkan. Ada teman yang sedang diculik malah berpikir makan terus," sungut Ryubi.

"Semua orang juga butuh makan untuk menambah tenaga. Kau ini kenapa sih?" Balas Jean.

Ryubi hanya mendengus lalu membuang wajahnya ke arah lain.

"Aku tahu kalau kau khawatir. Kami juga khawatir sepertimu. Tapi usul Jean benar, percuma kalau kita sakit. Pada akhirnya malah tidak bisa mencari Febi," ujarku.

Jujur, aku sedikit kesal dengan Ryubi. Dia selalu mempersulit masalah.

"Biar aku pesan makanan online lagi aja. Kalian mau apa?" Tawar Fia.

"Makanan seperti kemarin saja!" Ujar Jean. Sepertinya dia memang kelaparan.

###

Akhirnya beberapa piring sudah habis isinya. Kali ini giliran Fia yang membereskan piring kotor.

Tiba-tiba suara jeritan membuat kami seketika menutup telinga. Suara itu berasal dari saku celanaku.

Aku mengambil ponselku dan segera mematikan suara itu. Sengaja memang, aku memasang nada dering orang menjerit agar aku me-notis ponselku.

Di layar tertera bahwa yang menelponku adalah Febi. Jadi aku segera me-loudspeaker ponselku dan kuarahkan ketengah.

"Ichaa!! Maaf baru sempet ngabarin! Kalian jangan khawatirin aku, aku baik-baik aja!" Pekiknya dari dalam telepon.

Aku mengangkat wajahku dan melihat semuanya-kecuali Hani dan Fia-sedang menatapku datar.

"Cha?!" Aku kembali melihat ke ponselku dan baru menyadari bahwa Febi berbicara menggunakan Bahasa Indonesia.

Pantesan.

Kemudian aku mematikan loudspeaker lalu menempelkan ponselku ke telinga kananku.

"Halo? Lo kemana aja?" Tanyaku.

"Maaf, yang tadi itu orang suruhan ortuku buat bawa aku balik," ujarnya.

"Jadi sekarang lo di rumah lo?"

"Iya. Aku udah jelasin ke mama papa kalo aku sekarang sekolah di Jepang. Dan mereka akhirnya ijinin aku buat namatin sekolahku disana. Jadi aku bisa tetep bareng sama kalian," jelasnya.

"Oh ya ... apa sih kamu? .. (plakk) minggir dulu," Febi terdengar sedang berjalan menjauh, "gini, katanya besok mau ke Jogja, kan? Biar aku aja yang pesenin hotelnya. Gimana? Dan tolong sekalian beresin barang-barang aku yang disana dong."

"Boleh. Pokoknya cukup buat duapuluh satu orang. Besok kita langsung ketemuan di Candi Prambanan sekitar jam duabelas siang."

"Siaap! Besok aku kabarin lagi ya, Cha! Soalnya ini ada pengganggu. Byee~" kemudian dia memutuskan sambungan telepon.

The 'Cause We Met Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang