Pukul 20.36 Pm
Eza: Sayang
Aruna: Hai 🥰
Eza: Kamu sudah makan?
Aruna: udah. Tau kan kalo Bunda Ada di rumah, Kamu gimana?
Eza: aku juga udah. Di kirimin Rendang tadi sama Bunda. Katanya kamu terlihat uring-uringan di meja makan. Makanya pak Budi, di suruh anterin makanan ke rumah.
Aruna: oh yah? Ya Allah, aku se-keliatan itu kalo lagi gelisah 😚
Eza: iya sayang. Makanya kamu gak usah terlalu mikirin aku. Aku akan baik-baik saja selama ada kamu. Jangan bikin orang lain ikutan kepikiran karena liat kamu gelisah begitu.
Aruna: maaf, aku terlalu khawatir sama kamu.
Eza: 😊 sayang.
Aruna: yaudah aku ketemu bunda dulu yah, mau bilang makasih sudah kirimin Rendang buat kamu.
Eza: iya sayang. Tidur jangan terlalu larut yah. Jangan banyak pikiran juga, besok hari terakhir ujian.
Aruna: 😘
******************
Aruna berjalan cepat menuju kamar Bunda. Ia bahagia sekali memiliki Bunda Aletta dalam hidupnya, meski jarang di rumah, tetapi perhatiannya tidak pernah luput setiap hari. Bunda di kirim Tuhan ke dalam Keluarganya seperti penengah, yang akan selalu menjadi penengah setiap permasalah yang ada. Bunda begitu penyayang, meski memiliki Madu yang harus tinggal satu atap dengan dia.
Aruna mengetuk pintu kamar Bunda, setelah mendengar suara Bunda mempersilahkannya masuk, barulah Aruna memutar kenop Pintu lalu berjalan Masuk ke kamar itu. Kamar yang di tempati Bunda bersama Papa Alan ketika Mendapat Jatah Giliran untuk tidur bersama.
"Bunda, aku ganggu gak?" Tanya Aruna setelah melihat Bunda memangku laptopnya di atas tempat tidur.
"Enggak sayang. Sini" Bunda mengulurkan tangannya. "Kenapa?" Tanyanya pelan.
"Bunda lagi ngapain?"
Aletta tersenyum lalu menggeser laptopnya ke hadapan Aruna.
"Bunda------" Rajuk Aruna. ,"Bunda tuh kalo di sini gak boleh mikirin pekerjaan Dulu. Bunda harus istirahat, jangan kerja terus."
"Nak, kamu Tahu kalau ini hanya pengalihan."
Aruna memeluk Bunda Aletta lalu mengusap punggungnya. Biasanya, ketika Bunda ada di Indonesia maka papa Alan akan banyak menghabiskan waktu bersamanya, tetapi sekarang, mama Meisya lebih butuh perhatian dari pada Bunda. Papa lebih banyak memberikan waktunya pada maMey yang baru saja melahirkan.
"Bunda wanita kuat. Aruna tahu itu."
Aletta tersenyum lalu mengusap pipi Aruna.
"Kamu kenapa kesini? Kamu harusnya belajar di kamarmu" ujar bunda setelah Aruna melihatnya berhasil menguasai dirinya kembali.
"Aku mau berterima kasih pada Bunda." Katanya
"Untuk?"
"Untuk kepekaan Bunda. Untuk semua perhatian dan kasih sayang Bunda, tidak hanya kepadaku, tapi kepada Eza juga. Terima kasih sudah mengerti aku meski tak ku jelaskan Bun. Terima kasih sudah menjadi Bunda Luar Biasa untuk kami semua"
Aletta tersenyum lalu menggenggam tangan Aruna.
"Nak, kamu tahu kalau Bunda paling tidak suka melihat anak-anak Bunda gelisah apalagi sampai tidak nafsu makan. Bunda tahu alasannya, makanya Bunda inisiatif aja kirimin Rendang buat Eza, diBantu supir kakek." Katanya lalu tersenyum, lalu Aruna kembali menghambur ke dalam pelukan Bunda.
![](https://img.wattpad.com/cover/212102972-288-k619014.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Keputusan Takdir
Teen FictionBerbekal Nama Belakang kakeknya, Mereka berdua di kenal Banyak Orang. Pengaruh papanya di Negara ini juga sangat penting untuk membuat mereka tenar, baik di dunia nyata maupun di dunia Maya. Kembar Identik, yang jika di perhatikan sekilas nampak tid...