Sebuah Janji

26 1 0
                                    

And Finally, Disinilah Eza sekarang, di rumah Keluarga kekasihnya pada pukul 10 malam. Ia sebenarnya tidak tahu maksud ia diminta untuk ikut mengantar Aruni pulang, ia juga tidak tahu apa-apa soal ucapan Bang Benua yang Mengatakan Kalau Kakek Ali ingin bertemu. Yang Eza tahu, Mungkin dia akan di tanya Perihal janjinya kepada Benua di rumah sakit. Kemungkinannya Hanya itu yang ada dalam Pikirannya.

"Aduh, maaf yah Za sudah merepotkan. Pake di minta Ikut pulang segala" ujar Benua, Merasa sedikit tidak enak pada Eza.

Eza tersenyum menanggapi ucapan Benua. Mungkin benua sedikit tidak enak, lagi pula ini juga sudah malam. Sangat tidak baik sebenarnya jika merepotkan orang lain di jam istirahat seperti ini.

"Kamu duduk dulu yah" pinta Benua Lalu berjalan menuju Kamar Kakeknya.

Benua sendiri tidak tahu apa maksud kakek memintanya membawa Eza ikut pulang. Ia juga tidak tahu tingkah konyol adiknya yang dengan sengaja menelpon mamanya untuk menjebaknya.

Dari ekor matanya, Benua bisa melihat Zia sudah bergabung di Ruang tamu bersama Eza, mama dan papanya juga sudah ada disana. Memeriksa keadaan Aruni setelah melakukan cuci darah hari ini. Sedangkan Aruna sibuk mengambil minum untuk mereka semua dan menyediakan cemilan untuk teman ngobrol mereka.

Tak lama Benua dan Kakek bergabung di sofa. Eza segera memberikan lemparan senyum pada Lelaki tertua yang ada di rumah ini. Hatinya sedikit risau memikirkan apa yang akan kakek katakan padanya.

"Zia, mama papa dan Bundamu dimana?" Tanya Kakek

Zia menoleh "mama ada di Kamar. Papa dan Bunda keluar sejak pukul 7 malam. Mungkin mereka sedang menikmati waktu mereka." Jawabnya dengan santai. Sangat santai, namun Ada beberapa sudut hati yang merasa tidak enak mendengar ucapan Zia. Mama dan Bundanya adalah dua wanita yang sama-sama di cintai oleh papanya.
Kisah yang begitu rumit untuk di jelaskan.

"Kenapa mama mu tidak ikut makan malam bersama kakek? Bukannya selalu seperti itu kalau Bunda dan papa sedang pergi berdua? Lalu Dimana Zayn? Kenapa kakek tidak melihatnya sejak pagi,?" Ujar lelaki tua itu dengan banyak pertanyaan.

"Mama katanya masih kenyang kek, makanya dia gak ikut makan. Zayn ada di rumah Oma." Jawab Zia

"Setelah papamu pulang, minta dia menemui kakek di Kamar." Titahnya.

"Papa kayaknya gak pulang deh kek, papa dan Bunda akan mengunjungi Aunty Michelle di Bekasi. Mungkin besok pagi" timpal Zia lagi.

Ali merasa sedikit bersalah pada keadaan ini. Bagaimana bisa ia melegalkan Seorang istri pertama dan Istri kedua tinggal dalam satu rumah yang sama. Mungkin Ali memang terlalu egois karena ia tidak ingin kehilangan anak-anaknya. Rumahnya saja dibuat berdampingan layaknya satu rumah yang sangat besar, padahal ada dua keluarga yang tinggal di dalamnya.

Hening sedikit mendominasi, membuat mereka semua merasa tidak nyaman. Selalu seperti ini jika Benua dan Bunda Aletta pulang ke Indonesia, Suasana akan sedikit tidak bisa dikontrol.

Ali Berdehem pelan sebelum mengangkat kepalanya menatap Eza dan semua orang yang ada di hadapannya bergantian.

"Bagaimana Keadaanmu Aruni?"

Aruni tersenyum pada Kakek."tidak pernah merasa lebih baik dari hari ini kek"

"Apa Kalian benar-benar sudah menjalankan Syarat dari bang Benua untuk kalian?"

Aruna tertawa mendengar ucapan kakek. Karena Syarat itu berlaku hanya sikirat 3 jam dan setelahnya di cabut kembali oleh sang pemberi syarat.

"Bang Benua Sudah mencabutnya kembali kek. Ku pikir kakek sudah mendengar apa alasannya memberi kami syarat konyol itu" Aruni juga ikut terkekeh setelah memberikan jawabannya pada Kakek.

Keputusan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang