Zia tersenyum bahagia ketika ia sampai di kantin. Ia melihat semangkuk mie ayam tersaji di kursi tempat biasa ia duduk. Mungkin karena Zia sedang melakukan tugas negara makanya teman-temannya berinisiatif untuk memesankan makanan kesukaan Zia.
"Jadi, apa yang Papa lakukan di sekolah kita?" Bukan Aruna, Tapi Aruni yang Kepo.
Zia memberi tambahan Kecap pada Mie ayamnya lalu menatap Aruni.
"Enggak, bukan apa-apa. Papa hanya mengatakan perihal Sakit yang diderita kakak. Agar para guru tidak memberi tugas berlebih pada Kakak. Juga agar kakak selalu di kelompokkan dengan kak Aruna kalau ada tugas kelompok." Ujarnya santai.
"Papa sampai melakukan itu?", Ujar Aruni
Zia mengangguk saja lalu menyuap mie ayam ke mulutnya.
"Jangan merasa di kekang, jangan merasa Papa protektif, papa hanya melakukan yang terbaik menurutnya. Ingat, kita sudah diizinkan tetap sekolah di Nusantara juga dengan banyak pertimbangan dari papa. Mungkin salah satu cara papa menjaga kita dari jauh adalah ini"
Aruna buru-buru berucap demikian sebelum Aruni berasumsi lain dan membuat ia kepikiran sendiri."Aku tahu" jawabnya lalu kembali Memakan bekalnya.
Sedikit Nasi, Sejumput sayur, Sepotong Ayam, dan setengah telur. Ini akan jadi jatah makan Aruni entah sampai kapan.
Aruni memandang teman-temannya yang dengan lahap memakan makanannya. Ia sedikit ngiler dan sempat terbersit rasa iri di hatinya Namun segera ia tepis karena memikirkan betapa beruntung dirinya di lahirkan dalam keluarga Revand.
"Aruni maaf yah, kita harus makan ini sedangkan kamu----" ujar Maya terpotong melihat Aruni menatap makanannya.
"Ah tidak masalah. Masakan mama jauh lebih enak dari pada yang kalian makan sekarang", katanya.
Aruna tersenyum lalu menggeser mangkuk mie ayamnya. Menyudahi makan siangnya.
"Makanannya belum habis Aruna. Kenapa gak di habiskan?" Tanya Eza, melihat mangkuk Aruna masih penuh.
"Aku sepertinya akan diet mulai hari ini." Katanya.
Eza menajamkan penglihatannya pada Aruna. Pasti ada yang salah.
"Jangan karena kakak melihatku makan sedikit, kakak juga mengabaikan makan siang kakak. No!" Pekik Aruni lalu menggeser mangkuk makanan Aruna kembali ke hadapannya.
"Enggak. Kakak memang lagi diet" elaknya.
"Big No kakak." Bantah Aruni.
"Baiklah", Aruna mengalah lalu kembali Memakan makan siangnya.
Eza mengacak rambutnya lalu membantu Aruna membersihkan bibirnya yang terkena kuah mie.
Seperti adegan slow motion yang biasa ada di film-film, Semua Mata memandang pada Aruna dan Eza yang seakan menganggap bahwa mereka semua tidak ada di dekatnya.
Mereka asyik tersenyum lalu kembali sadar saat Zia Berdehem kuat.
"Yang numpang jangan lupa bayar yah" celetuknya sembari melirik pada Aruna.
"Apaan sih." Aruna di buat salah tingkah sendiri oleh teman-temannya.
"Ye lagian, kita lagi makan kok kalian asyik bermesraan" cibir Alfi
"Bermesraan apanya?" Elak Eza.
"Ya itu tadi?" Lanjut Daniel.
"Lah" Eza memasang wajah heran. Merasa tidak bersalah atas apa yang telah ia perbuat. Tidak kah Eza tahu, kalau Jiwa para jomblo meronta-ronta?
![](https://img.wattpad.com/cover/212102972-288-k619014.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Keputusan Takdir
Teen FictionBerbekal Nama Belakang kakeknya, Mereka berdua di kenal Banyak Orang. Pengaruh papanya di Negara ini juga sangat penting untuk membuat mereka tenar, baik di dunia nyata maupun di dunia Maya. Kembar Identik, yang jika di perhatikan sekilas nampak tid...