Revand's Family

22 1 0
                                    

Sabtu Sore dan Libur panjang anak-anaknya membuat Rumah keluarga Revand terlihat sangat ramai. Lebih ramai dari biasanya. Lebih rusuh dari yang biasa terjadi, sebab ada acara Besar yang hanya akan di hadiri dan Diikuti oleh keluarga Inti. Dan selama pertemuan ini di lakukan, tidak boleh ada siapapun yg pergi atau beranjak dari sana.

Di ruangan pertemuan keluarga ini, Ruangan yang hanya akan di masuki ketika ada masalah serius, di lengkapi dengan fasilitas kedap suara, suasana yang terasa nyaman serta peraturan yang mengharuskan mereka semua ada di sana tanpa terkecuali.

Sama seperti hari ini, Bahkan Zian yang baru berusia hampir satu bulan saja ada disana, di baringkan di atas stroller-nya diantara Mama dan Papanya.

Di kursi kepala, telah duduk kakek Ali, di barisan samping kanan duduk berjejer Dava, Nayla, Benua, Shafana, Aruna dan Aruni. Di barisan sebelah Kiri, telah hadir Alan, Lalu Zian di stroller-nya, Meisya, Aletta, Zia lalu Zayn. Mereka berkumpul di tempat ini dengan Agenda yang belum mereka ketahui, Kakek Ali hanya mengatakan bahwa mereka harus berkumpul sebab ada beberapa hal yang perlu di bahas.

"Terima kasih sudah Datang dan memenuhi panggilan papa." Ujar Ali sebagai Prolog. Ia tersenyum manis lalu menatap satu persatu anggota keluarganya. "Hari ini kita lengkap Yah. Bahkan Shafana sebagai Cucu menantu Kakek juga hadir. Ini pertama kalinya kamu hadir pada Pertemuan keluarga ini kan Nak?"

Shafana menganggukkan kepalanya

"Tidak perlu tegang, ini hanya pembicaraan Biasa kok" sambung kakek lalu tersenyum.

"Ada beberapa hal yang mau papa Sampaikan. Salah satunya mengenai semua properti kita di Bali." Kakek Ali mengutak-Atik tab-nya.

"Papa gak berniat membebani kami dengan Semua harta kekayaan Papa itu kan?" Tuding Dava Cepat.

For your information, Meja panjang ini juga berfungsi sebagai meja perdebatan, meja pemecahan masalah, Meja penyelesaian masalah, juga berfungsi sebagai meja untuk menyuarakan pendapat atau protes. Semua suara boleh di perdengarkan di sini. Mereka boleh membantah, tidak setuju dengan keputusan yang ada, lalu mencari solusi, yang paling Bagus dari pertemuan keluarga ini adalah, semua anggota keluarga tidak boleh ada yang beranjak sebelum masalah selesai atau menemui jalan keluar. Peraturan ini ada di keluarga Revand setelah semua tetuah mereka meninggal, menyisakan Ali sebagai orang tua tunggal di keluarga ini.

"Itu bukan milik papa, Dav." Ujar Ali seraya melirik tajam mata Dava. "Apa Perlu papa ingatkan? Itu adalah Calon Rumah papa dan Cinta dulu ketika kami nyaris menikah, dan dialihkan kepada Kamu sebagai kado pernikahan kamu dan Nayla." Ali tersenyum puas. Sementara Dava memutar Bola matanya.

"Satu lagi, Villa Rasya yang di daerah Ubud yang dulu pernah mereka rencanakan untuk menetap disana, sudah papa Siapkan surat-suratnya dari lama dan telah dipindah tangankan atas nama Meisya juga sebagai kado pernikahan." Ali tertawa. "Kalian berdua jangan pura-pura gila deh, papa tidak akan mungkin menyetujui kalian menjual semua hal yang penuh kenangan itu" tuding Ali.

Dava dan Alan melotot kaget. Ia tidak tahu jika Papanya sudah tahu perihal rencana mereka menjual sebagian properti yang dirasa tidak berguna. Anggap saja seperti itu, karena kedua rumah itu jarang mereka kunjungi jika sedang berada di Bali. Mereka lebih memilih tidur di hotel-nya dari pada harus kembali ke rumah penuh kenangan itu.

"Papa, tapi ku rasa tidak ada salahnya kita menjualnya." Bantah Dava.

"Tidak Dava. Itu bukan milik kamu. Itu milik Nayla dan Meisya sebagai kado pernikahan." Ujar Ali.

"Kita punya Hotel pah, mereka bisa tinggal disana sepuasnya jika berkunjung ke Bali." Bantah Dava Lagi.

"Dan menambah jumlah pengangguran di Bali karena memberhentikan seluruh pekerja di kedua rumah itu?"

Keputusan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang