Engagement

18 0 1
                                    

Dan pada akhirnya, air akan selalu menemukan muaranya. Jalannya tidak selalu mulus memang, tetapi air akan tetap berakhir di lautan. Menemui Ombak, mencumbui pantai lalu mengikis karang. Begitu seterusnya, hingga bumi tak bundar lagi.

******

Hari yang di nantikan itu pun tiba. Hari dimana ketiga cucu perempuan dari keluarga Revand akan melangsungkan pertunangan. Tentu dengan jodoh pilihan kakek. Katakan saja seperti itu, sebab secara tidak langsung, kakek Ali lah yang mengatur semuanya. Menjadikannya lebih mudah dengan penerimaan yang sangat indah, yang di lakukan ketiga anak Perempuan itu.

Di sebuah ballroom hotel milik mereka sendiri, segala bentuk persiapan telah di lakukan, bahkan di komandoi oleh kakek sendiri. Segala rencana yang tersusun telah terealisasi satu persatu. Panggung pertunangan Megah sudah tersuguh di depan mata, para keluarga dari ketiga keluarga pun sudah hadir memeriahkan acara.

Kakek nampak sibuk sekali, kesana kemari memerintahkan orang-orang untuk mengawasi jalannya acara, tidak boleh ada sedikitpun yang melenceng dari konsep di awal. Kakek menginginkan ini menjadi perhelatan besar yang akan di kenang sejarah. Meski pada kenyataannya acara ini di lakukan tanpa ada media, tanpa ada orang lain selain keluarga inti saja.

Musik mengalun merdu mengiringi langkah kaki Aruna, Aruni dan Zia saat memasuki ballroom acara. Mereka bertiga di kawal oleh ketiga Mama Di dalam Keluarga Revand. Zia bersama dengan Mama Meisya, Aruni di gandeng Oleh Bunda Aletta, Sementara Aruna di tuntun oleh Mama Nayla. Ketiganya nampak anggun dengan kebaya Bunga-bunga dan bawahan batik, nampak serasi dengan ketiga lelaki tampan Diatas sana yang memakai baju batik senada dengan Rok para pasangannya masing-masing.

Musik mengalun lebih pelan tatkala ketiga calon tunangan itu masing-masing sudah saling berhadapan, moderator yang mengontrol jalannya acara mulai memberikan arahan, bagaimana seharusnya mereka memulainya.

Aruna dan Eza di minta lebih dulu memasangkan cincin di jemari mereka masing-masing, lalu menyusul Aruni dan Sulthan, lalu Zia dan Azan. Setelahnya Eza kembali memasangkan Sebuah kalung ke leher Aruna yang ia ambil dari dalam saku jasnya, Kalung turun temurun dari keluarganya.

"Dengan ini, Kamu Resmi menjadi bagian dari Keluarga Brama" ujarnya lalu tersenyum.

Beberapa waktu yang lalu, Eza memang sempat memberikan kalung itu kepada Aruna, tetapi Mamanya-Vony meminta untuk di pasangkan kembali di depan banyak orang pada acara pertuangan mereka.

Sulthan menoleh tak santai melihat Eza memberikan kalung pada Aruna, ia menatap mereka berdua bergantian.

"Kok gak bilang harus sediain hadiah lain? Kan gue gak nyiapin apa-apa ini" ujarnya.

Eza tersenyum pada Sulthan, hendak menjelaskan tetapi langsung di sela oleh moderator acara. Moderator tersebut menjelaskan perihal kalung yang di berikan Eza kepada Aruna.

"Maaf sayang, aku belum tanya mama nih, ada gak kalung turun temurun dari keluarga" katanya yang di sambut gelak tawa Aruni. Kekasihnya memang se-kocak itu.

Setelah acara pertukaran cincin itu terlaksana dengan baik, satu persatu keluarga dari ketiga pasang mempelai ini ber-swa foto di panggung pelaminan, mengabadikan momen indah nan mewah ini. Moment yang mungkin akan sulit membuat mereka move on. Persiapan yang di lakukan kakek se-keren dan se-mewah ini. Tidak ada satu hal pun yang luput dari pantauan, termasuk para awak media yang ingin meliput. Sama sekali tidak ada celah untuk membuat mereka sampai di dalam ruangan ini.

Keputusan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang