Bikin Shock

23 2 1
                                    

"Aruna!!" teriak Shafana dari arah Pintu balkon.

"Aruna Stop disitu. Jangan macam-macam" teriak Shafana lebih keras saat Aruna tidak mengindahkan ucapannya. Gadis itu tetap bergerak lebih dekat ke besi pembatas balkon.

"Aruna dengerin kakak. Stop disitu!!" Suara Shafana semakin meninggi memanggil Aruna namun Gadis itu tetap tak mendengarkannya. Aruna bahkan sudah mengangkat satu kakinya untuk naik di besi pembatas balkon.

"Abang, kakek, Ibu bapak, Tolong!!" Teriakan Shafana Semakin tak terkontrol. Dadanya berdetak tak karuan melihat apa yang akan dilakukan Aruna di sana.

"Aruna, tolong jangan lakukan itu. Jangan macam-macam dek." Air mata Shafana sudah menggenang. Ia begitu takut, ia sangat khawtair namun belum ada orang yang mendengar teriakannya.

"Abang Benua, Kakek, bapak Ibu tolong!!" Shafana sudah menangis di tempatnya, lututnya bergetar hebat melihat Aruna yang sudah berada di atas besi pembatas balkon Merentangkan kedua tangannya dengan mata tertutup.

"Abang tolong!!!" Suara Shafana sudah hampir habis karena berteriak namun masih belum ada jawaban, sampai Benua datang setengah berlari menghampirinya. Benua melihat apa yang Shafana Lihat, sangat terkejut.

"Aruna, mau ngapain? Jangan aneh-aneh deh" ujar Benua seraya menenangkan Shafana yang ketakutan di tempatnya.

"Abang tolongin Aruna" lirih Shafana. Air matanya sudah tidak bisa ia bendung lagi. Ia begitu takut sekarang.

"Aruna turun, Shafana takut!" Perintahnya yang masih tak di indahkan oleh Aruna.

Benua berpikir bahwa Aruna hanya sedang main-main disana.

Sedangkan Aruna seolah larut dalam dunianya sendiri, mulutnya seolah bisu, telinganya tuli. Yang ada di benaknya saat ini adalah mencari ketenangan dalam dirinya dengan loncat dari lantai dua rumahnya.

Detik berikutnya, Badan Aruna terhuyung ke depan lalu melayang jatuh ke bawah.

"Aruna!!!" Teriak Shafana saat melihat Aruna jatuh ke lantai bawah. Setelah itu kesadarannya hilang dalam dekapan Benua.

Dari atas, Benua bisa mendengar suara deburan air yang begitu besar pertanda bahwa Aruna sudah sampai di dalam kolam renang. Aruna pasti tidak apa-apa, tapi Shafana pingsan karena ulahnya.

Benua mengangkat Badan Shafana ke dalam gendongannya lalu membawanya masuk ke kamarnya. Ruangan paling dekat dari tempatnya sekarang. Zia dan Aruni yang melintas melihat Benua membawa Shafana jadi kaget dan ikut ke kamar Benua untuk melihat Shafana disana.

"Kalian berdua panggil papa mama dan siapapun itu di bawah. Salah satu dari kalian Liat Aruna di kolam renang. Cepat!!" Ujar Benua mulai panik dengan keadaan.

Zia dan Aruni berpencar. Aruni diminta memanggil mama dan papa, sementara Zia melihat ke kolam renang rumahnya. Seperti perintah Abangnya.

Dalam waktu singkat Aruni bisa membawa semua orang rumah ke kamar Benua di lantai atas, Sementara Zia terduduk melongo di pinggir kolam renang melihat Aruna yang mengapung tak bergerak sama sekali. Lidahnya keluh, otaknya berhenti berpikir, lututnya tak bisa ia gerakkan sama sekali. Rasanya Zia tidak ada daya sama sekali.

"Kak Aruna" ujarnya pelan seraya berusaha menggapai tangan Aruna yang mengapung tidak jauh dari pinggir kolam.

"Hey, kak Aruna." Lirihnya semakin khawatir saat ia berhasil menangkap tangan Aruna yang sudah terasa dingin di tangannya.

"Mama papa!!!" Teriakan Melengking Zia berhasil membuat semua orang berlari terbirit-birit menghampirinya.

Zia sudah tidak bisa bergerak saat berhasil mendapati badan Aruna dan menaikkannya di pinggir kolam. Aruna menutup matanya, wajahnya juga sedikit pucat dengan bibir yang membiru.

Keputusan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang