Seperti rencana kakek di awal, pertunangan cucu-cucunya akan di laksanakan di Revands Hotel Cabang Bali, selain acara ini Sedikit Private, Acara ini juga hanya akan di hadiri oleh orang-orang penting saja. Bahkan jika saja Alfi, Daniel, Maya, dan Lila tidak merengek kepada kakek, maka mereka juga tidak di izinkan untuk menghadirinya. Acara pertunangan ini di harapkan berjalan sesuai dengan keinginan kakek, maka dari itu dari awal persiapan hingga nanti hari H-nya kakek lah yang mengawal seluruh persiapannya. Orang tua itu tidak ingin acara ini biasa saja meskipun hanya di hadiri keluarga inti.
Hari ini mereka semua akan meninggalkan Jakarta menuju Bali, atas permintaan kakek pula, rombongan mereka akan pergi terpisah. Kakek tidak ingin hal buruk terjadi, maka dari itu Ia meminta agar yang akan bertunangan tidak boleh berada dalam satu pesawat. Tidak ada alasan yang kakek berikan, tetapi mereka semua tetap saja mengikuti.
Aruna bersaudara sampai duluan Di Bali, Mereka di boyong ke Rumah yang beberapa waktu yang lalu sempat menjadi perdebatan dalam keluarga. Rumah bergaya modern berlantai dua yang dulu sempat akan menjadi rumah impian Kakek dan Oma Cinta sebelum di alih kepemilikan kepada Nayla sebagai kado pernikahannya dengan Dava.
Keluarga Sulthan juga sudah tiba beberapa jam setelah Aruna tiba, sedangkan uncle Kian dan Keluarga Masih dalam perjalanan. Uncle Yuzi dan Aunty Alya jangan di tanya Lagi, Sebab mereka akan datang lusa, Satu hari sebelum acara.
"Kek istirahat dulu, dari tadi telponan Mulu deh." Ujar Aruna saat melihat Ali yang begitu sibuk mengurus acara pertunangannya.
Sejak dua hari yang lalu, salah satu Ballroom di hotelnya sudah di kosongkan dan mulai di dekor sesuai dengan perintah kakek. Hal tersebut membuat kakek sangat sibuk hingga bahkan telat makan atau sama sekali melupakan makan siangnya.
"Dua Hari lagi Kalian tunangan. Kakek hanya mempersiapkannya, mengaturnya lewat sambungan telpon. Tidak akan capek nak." Ujarnya lantas tersenyum.
"Aku gak mau yah gara-gara ini kakek jadi sakit,"
"Tidak akan Aruna. Kakek senang melakukannya." Ali merangkul cucunya seolah mengirim pesan bahwa ia pasti baik-baik saja.
"Habis ini istirahat yah."
"Iya" ujarnya lantas tersenyum. Selanjutnya kakek kembali terlihat sibuk dengan ponselnya.
Sementara Aruna melangkah menuju Kolam renang hendak menyusul Aruni yang sudah duluan di sana, Zia terlihat Buru-buru turun dari tangga dengan pakaiannya yang agak berbeda dari biasanya. Zia terlihat lebih dewasa dengan crop top berwarna putih model kemben, celana kulot bunga-bunga dan cardigan berbahan tipis yang senada dengan celananya, handbag bermerk yang Aruna yakini sebagai hadiah ulang tahun Zia tahun lalu yang di berikan oleh mama Nayla untuknya.
Aruna berhenti di ujung tangga mencegat lengan Zia lalu menatapnya intens, dari atas sampai bawah, seolah menscane penampilan adiknya.
"Mau kemana? Baru sampai juga!" Ujar Aruna
Zia tersenyum seraya merapikan rambutnya.
"Diajak kak Azan ketemu Jenny" jawabnya.
"Dengan pakaian begini?" Tanya Aruna sarkas. Nadanya mengandung sedikit kekesalan.
"Kenapa kak? Ini sopan kok!" Elaknya
"Iya sopan, tapi ini bukan kamu banget Zi," cecar Aruna.
Iya Zia tahu, ini bukan dirinya. Zia hanya memikirkan pendapat Jenny saat melihat dirinya, jika ia tidak menggunakan pakaian seperti ini Zia akan terlihat seperti anak-anak, Dia akan terlihat seperti adik kecil Azan ketika mereka jalan berdua nanti. Tinggi Zia yang hanya sebatas Dada Azan membuatnya tidak begitu percaya diri untuk bertemu dengan Jenny.
![](https://img.wattpad.com/cover/212102972-288-k619014.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Keputusan Takdir
Teen FictionBerbekal Nama Belakang kakeknya, Mereka berdua di kenal Banyak Orang. Pengaruh papanya di Negara ini juga sangat penting untuk membuat mereka tenar, baik di dunia nyata maupun di dunia Maya. Kembar Identik, yang jika di perhatikan sekilas nampak tid...