Setelah berpisah di rooftop rumah sakit, Aruna segera pulang ke rumahnya, menyiapkan barang bawaannya sendiri lalu berpamitan pada semua pekerja di rumahnya. Aruna membangunkan satu persatu asisten rumah tangga dan semua yang terlibat menjadi pekerja di rumahnya. Aruna menitipkan kakek kepada mereka semua, meminta Bi Wati memperhatikan makanan kakek, meminta mang Udin mengantar kakek kemanapun ia mau, berpesan pada Bi Laras untuk selalu menyediakan keperluan mama dan papanya, setelah itu Aruna memeluk mereka satu persatu lalu menyampaikan bahwa ia akan pergi dari rumah ini dalam kurun waktu yang lama. Mereka harus menjaga semua orang yang ada di dalam rumah ini.
Setelah itu Aruna menyusul ke Bandara, Disana semua orang sudah menunggunya, kakek memutuskan untuk ikut ke Singapore demi Melihat proses penyembuhan cucu-cucunya. Semua keluarga, tanpa terkecuali ikut melibatkan diri dalam penerbangan dadakan ini.
Sampai waktu menunjukkan pukul 01.00 malam, mereka sampai di Singapore dan di jemput langsung oleh Om Richard, orang tua paru baya yang dulu selalu menjadi bayangan kakek, pernah menjadi asisten papa Dava, dan saat ini ia menjabat sebagai penasehat Bisnis bagi Benua dan di minta menetap di Singapore untuk membantu Benua menghandle seluruh pekerjaannya.
Aruna dan Aruni langsung di bawa ke rumah sakit tempat dokter Anisa mengatur Janji. Dalam hal ini, Uncle Sam pun harus ikut dan terpaksa mengambil cuti untuk satu Minggu ke depan, untuk menemani istrinya di Singapore.
Selesai dengan urusan pendaftaran pasien dan administrasi, Dokter Anisa membawa Aruna dan Aruni ke ruangan perawatan untuk beristirahat, sementara yang lain di pulangkan ke apartemen tempat Benua tinggal bersama Bunda selama ini, sembari menunggu rumah selesai dibersihkan.
"Menurut dokter Ray, operasinya harus di majukan. Dia mau operasinya di lakukan pagi hari." Ujar Dokter ANisa kepada Nayla.
"Dokter Ray siapa Nis?"
"Dia penanggung jawab operasi transplantasi ginjalnya Twins."
"Aku ikut yang terbaik kata dokter saja Nis" jawab Dava.
"Baiklah Dava, Nayla. Sebaiknya kalian pulang dulu menyusul Om Ali, dan kembali kesini besok pagi"
"Tapi----"
"Benua yang akan menjaga mereka." Ujar Sam.
Dava dan Nayla menghelah napas lalu mengangguk. Tidak ada salahnya menuruti ucapan dua sahabatnya ini. Mereka berdua butuh badan fit untuk persiapan operasi besok.
"Baiklah. Kami akan pulang" ujar Dava lalu merangkul Nayla. Meninggalkan Rumah sakit ini tanpa mau menoleh. Dadanya bergemuruh, memikirkan kemungkinan yang akan terjadi esok hari membuat dada mereka sedikit sesak.
Sementara itu di ruangan rawat Twins, Benua tak hentinya menghelah napas, melihat kedua adiknya terbaring diatas Brangkar dengan senyum yang tak lepas dari bibir mereka.
"Apa yang Abang pikirkan?" Tanya Aruna. Sedari tadi ia memang hanya tersenyum pada abangnya.
"Pikiranku di penuhi oleh kalian berdua." Jawabnya.
"Kami akan baik-baik saja." Balas Aruna.
"Itu yang Abang inginkan."
"Abang percaya kan pada kami?"
"Abang percaya. Adik-adik Abang yang terkuat."
"Abang boleh tidur. Jangan pikirkan apa-apa lagi"
Benua beranjak, memeluk Aruna dan Aruni bergantian. Juga sebagai penguat atas dirinya sendiri dan mulai belajar menerima apa yang dibawa takdir kehadapannya.
***
Pagi hari, mentari pagi perlahan menampakkan sinarnya, Benua terbangun di sofa rumah sakit dengan keadaan setengah sadar karena suara yang sedikit mengusik tidurnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/212102972-288-k619014.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Keputusan Takdir
Teen FictionBerbekal Nama Belakang kakeknya, Mereka berdua di kenal Banyak Orang. Pengaruh papanya di Negara ini juga sangat penting untuk membuat mereka tenar, baik di dunia nyata maupun di dunia Maya. Kembar Identik, yang jika di perhatikan sekilas nampak tid...