Eza memarkirkan mobilnya di halaman rumah mewah ini, Ia tersenyum sebelum turun dari mobil. Langkah kecilnya membawanya sampai di pintu utama rumah ini. Ketika akan mengetuk, tiba-tiba ada pergerakan dari pintu lalu pintu tersebut terbuka. Hal pertama yang ia lihat adalah Aruni dan Sulthan. Aruni sudah siap untuk berangkat ke sekolah.
"Hai bro. Selamat pagi" sapa Sulthan hangat. Senyumnya bahkan mampu mengalahkan kehangatan sinar mentari pagi ini.
"Halo kak." Jawabnya. "Aruna sudah siap ke sekolah?" Tanyanya.
"Sudah, gue yang akan mengantarnya." Jawab sulthan.
"Lah, aku kesini juga untuk menjemput Aruna dan Aruni. Seperti kebiasaan kita, ya kan Ni?" Tanyanya meminta pembelaan.
"Haha tidak perlu lah repot-repot gitu. Kan ada gue yang akan mengantar mereka" timpal Sulthan.
"Yah gimana dong kak, aku kan sudah sampai disini."
"Yah gak papa. Lo langsung ke sekolah aja." Ujar Sulthan Enteng.
"Gak bisa gitu dong Kak----------" debat Eza.
"Eeh ini kenapa sih kok jadi berdebat seperti ini?" Potong Aruni cepat, menengahi perdebatan Eza dan Sulthan.
"Ada apa sih?" Tanya mama Nayla yang baru saja datang bersama Aruna dari dalam rumah.
"Ini loh mah, Eza datang untuk jemput kakak, tapi Kata Kak Sulthan Eza langsung ke sekolah aja, biar dia yang antar kami ke sekolah" ujar Aruni menjelaskan.
"Kenapa gak dibikin simpel aja sih, Aruni Sama Sulthan se-mobil aja, Eza dan Aruna juga se-mobil? Jadi kan gak perlu berdebat gini" usul mama Nayla.
Aruna tersenyum lalu memeluk mamanya sekilas. Selalu ada solusi terbaik darinya.
"Nah, Aunty Nayla bener tuh. Kak Sulthan bareng Aruni aja, biar aku sama Aruna" ujar Eza. Merasa dibela oleh calon ibu mertuanya-katakan saja seperti itu.
"Yaudah deh." Ujar Sulthan mengalah. Padahal memang sedari tadi ia sudah punya jalan keluar dari masalah antar-mengantar ini, tapi Sulthan sengaja ingin memancing reaksi Eza menghadapi masalah kecil seperti ini.
"Nah. Sekarang kalian berangkat gih. Nanti telat." Nayla tersenyum mengiringi kepergian anak-anaknya. Bahagia rasanya menjadi dirinya saat ini, semua anggota keluarganya bisa berkumpul dengan jumlah lengkap seperti ini. Hal yang jarang sekali terjadi dikesehariannya belakangan ini.
*
Sampai di sekolah, Aruna, Eza dan Aruni segera masuk, melewati lapangan upacara yang masih belum banyak orang disana, melewati koridor anak kelas satu, lalu naik ke Lantai dua dan berbelok menuju lift untuk sampai di ruang bapak kepala sekolah. Aruna tahu, banyak pasang mata yang memandangnya aneh, ada yang exaited karena kedatangannya kembali ke sekolah ini, ada yang mungkin sedang berbisik-bisik tentangnya, ada yang bahkan menghampirinya lalu menanyakan kabarnya, tak lupa mengatakan kalau ia senang Aruna bisa kembali ke sekolah. Siapa yang tidak kenal Aruna bagi siswa kelas dua dan kelas tiga, Aruna adalah siswa populer di SMA ini, sayang saja Cerita hidupnya sedikit dramatis hingga mengharuskannya pindah untuk beberapa bulan dari sekolah ini.
"Selamat pagi pak." Sapa Aruna yang di temani oleh Eza dan Aruni.
"Selamat pagi Aruna" jawabnya. Lalu mempersilahkan Aruna duduk.
"Saya------" ucapan Aruna terpotong oleh sanggahan bapak kepala sekolah.
"Saya sudah tau Aruna. Kamu boleh langsung ke kelas XII 1, kelas kamu sekarang. Tidak ada yang berubah, tidak ada yang perlu di ulang, karena bapak Tahu kamu mampu mengejar ketertinggalan mu ini." Ujar bapak kepala sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keputusan Takdir
Novela JuvenilBerbekal Nama Belakang kakeknya, Mereka berdua di kenal Banyak Orang. Pengaruh papanya di Negara ini juga sangat penting untuk membuat mereka tenar, baik di dunia nyata maupun di dunia Maya. Kembar Identik, yang jika di perhatikan sekilas nampak tid...