Hujan Bulan Juni

19 0 1
                                    

Dua hari setelah kematian kakek Ali, suasana duka masih sangat kental terasa di rumah ini, semua orang masih berkabung, segala penjuru rumah masih menyisakan luka atas kepergian kakek Ali. Bahkan Rangkaian Bunga ucapan bela sungkawa masih terus saja berdatangan ke rumah ini. Begitu banyak orang yang sayang pada kakek, begitu banyak kenangan yang di tinggalkan orang tua itu. Termasuk sebuah Surat Wasiat yang sudah dua hari ini menunggu untuk di bacakan, tetapi Dava Masih belum siap untuk itu, masih belum siap mendengar apa yang akan diamanahkan kepadanya. Amanah yang sangat besar dari papanya. Ia masih sangat bersedih dan masih tidak ingin menemui siapapun selain istrinya.

Seperti hari ini, Papa Dava masih berdiam diri di dalam kamar kakek, duduk di sudut kamar itu dimana banyak foto-foto kenangan mereka terpajang di sana. Mulai dari foto-foto cantik istrinya, mamanya Dava, foto Dava waktu masih Bayi, lalu Ada foto waktu Dava sudah Balita, Beranjak Remaja, Berulang Tahun ke 17, foto liburan mereka di Bali, foto liburan keluarga Mereka lalu berlanjut ke Tanah Suci, foto kakek Bersama Ketiga kekasih Cucu perempuannya, bersama Shafana, dan yang baru saja di pajang Oleh Opa Richard adalah Foto keluarga mereka tiga hari yang lalu, pada saat Acara Pertunangan anak-anaknya. Mereka dalam formasi yang lengkap dan Kakek terlihat sangat bahagia di sana.

"Sayang, kamu sudah dua hari belum makan." Ujar Nayla yang baru saja datang dari arah pintu. Ia mengusap bahu suaminya yang memegang fotonya bersama papa Ali.

"Aku khawatir dengan asam lambungmu. Sejak kemarin perutmu hanya di isi air putih saja, itupun harus di paksa dulu." Mama Nayla beranjak ke hadapan papa Dava, berjongkok di depannya.

"Kamu jangan seperti ini terus Dav, aku khawatir dengan kesehatanmu" air matanya berjatuhan mengaliri pipinya, sebelah tangannya meraih foto itu lalu menyimpannya kembali di Nakas. "Aku takut kamu kenapa-napa, sayang" katanya

"Papa sudah tenang, sayang. Papa sudah bahagia disana. Papa pasti sangat senang bertemu istri cantiknya. Bertemu mama Resi dan Papa Revand, Bertemu mama Cinta." Nayla menahan Isak tangisnya. "Bertemu mertuanya, Eyang Kakung dan Eyang Putri, bertemu mama Rizzy, papa pasti bahagia disana sayang. Dan aku yakin papa tidak suka melihat kamu seperti ini."

Sedari Ali meninggal, Dava memang tidak sedikitpun meneteskan air matanya, Ia sudah berjanji untuk itu di hadapan papanya sebelum meninggal kemarin, hingga saat ini ia masih belum menangisi kepergian Ali. tetapi sejak kemarin, pandangannya kosong, nyaris tidak terlihat sebuah kehidupan di matanya. Papa Dava seolah mati Rasa. Nayla bahkan sudah kehabisan akal untuk membujuk suaminya. Sebab tidak ada yang ingin di temuinya sejak kemarin, tidak berbicara apapun sampai hari ini.

"Sayang, aku takut ada apa-apa sama kamu. Setidaknya kamu makan sedikit, biar perut kamu terisi."

Masih tidak ada jawaban, Dava masih menatap kosong.

Nayla berdiri dari hadapan Dava, hatinya begitu sesak melihat suaminya seperti ini. Sungguh hal ini tidak pernah ada dalam bayangan Nayla, tetapi sedari dulu ia sudah tahu kalau hal ini pasti terjadi kepada suaminya jika hal buruk terjadi kepada papa Ali. Orang tua tunggal yang Dava kenal sela hidupnya.

"Dava, hidup kita harus tetap berjalan meskipun papa sudah gak ada. Kamu masih punya aku, masih punya Benua, menantu Kita, masih punya twins cantik kita, kamu gak sendirian Dav, tolong jangan seperti ini" pekik Nayla keras.

Sungguh ia sudah kehabisan akal. Ia sudah pernah mengatakannya dengan lembut tetapi Dava tidak berubah dengan itu.

"Dengan melakukan hal ini, kamu bahkan sudah menyakiti perasaan aku Dav, kamu tidak menghargai aku sebagai istrimu lagi, kamu bahkan tidak berbicara apapun kepadaku, kamu tidak menganggap ku ada disisimu Dav," racau mama Nayla. Suaranya bahkan mengundang kehebohan.

Twins dan Zia sudah berdiri di ambang Pintu kamar Kakek melihat mama Nayla meracau, air mata mereka kembali luruh melihat pemandangan ini. Hendak Masuk kesana namun Lengan Benua menahannya, mereka cukup melihatnya dari Sini saja.

Keputusan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang