Aruna menguap lebar saat ia harus terbangun karena sesuatu yang mendesak ingin segera dikeluarkan. Ia beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar Mandi. Setelah itu, pandangannya beralih pada gorden jendela kamarnya yang tidak tertutup. Aruna berjalan malas ke sana, menarik gordennya dan Melihat sebuah mobil baru saja terparkir di depan Rumahnya. Aruna melirik jam di dinding kamarnya lalu mengerutkan kening, sedikit berpikir siapa yang datang ke rumahnya pada jam 4 pagi seperti ini. Aruna tersenyum lebar saat mengingat satu nama yang katanya akan datang ke rumahnya.
Aruna buru-buru kembali ke kamar mandi lalu membasuh wajahnya, setelahnya ia berjalan keluar dari kamarnya menuju lantai bawah. Dari arah tangga Aruna bisa melihat Bunda Aletta dan Abang Benua masuk melewati Pintu utama. Bunda langsung menuju ke arah Pintu sambung yang bisa membuatnya segera sampai di kamarnya di bangunan sebelah. Sedangkan Benua, Aruna pikir abangnya akan langsung melihatnya di tangga, tapi ternyata Abangnya justru berbelok arah dan membuka kamar Shafana yang memang berada di lantai satu rumah ini.
Diam-diam Aruna berjalan pelan ke arah kamar Shafana untuk melihat apa yang akan abangnya lakukan pada pagi Buta seperti ini.
*
Benua tersenyum manis melihat Shafana meringkuk di balik selimut tebalnya. Wajahnya yang natural terlihat sangat cantik di mata Benua. Ia jadi berpikir sendiri, kenapa baru sekarang ia menyadari bahwa ia sudah jatuh cinta pada Shafana? Bukankah Shafana sudah 3 tahun bekerja untuknya? Menjadi Sekertaris-nya, mengurusi segala keperluannya dimulai dari A sampai Z. Kenapa Rasa itu baru sekarang bisa ia artikan?
Benua duduk di tepi ranjang Shafana, lalu tangannya terulur untuk mengusap kening kekasihnya. Ia kembali tersenyum karena telah berhasil menganggu tidur Shafana. Benua lalu mengusap pipi Shafana dengan Jari telunjuknya, sedikit pelan tapi tetap menimbulkan rasa tidak nyaman bagi Shafana yang sedang tidur.
"Sayang, bangun" ujar Benua pelan. Ia terus menggosok jari telunjuknya ke pipi Shafana.
"Hei, bangun"
Tapi Shafana masih belum membuka matanya. Benua mendekatkan bibirnya ke telinga Shafana lalu kembali berbisik memanggil namanya.
Hingga Shafana tersentak kaget dan bangun dengan tergesa. Ia mengusap wajahnya dan bernapas lega saat menyadari siapa yang sudah membangunkannya.
"Astaga Abang," pekiknya tertahan.
"Maaf sayang. Aku ngagetin kamu yah" Benua tersenyum
Shafana kembali menghelah napas pelan.
"Kamu gak kangen aku yah? Kok bengong sih" tanya Benua
"Aku syok bang." Ujarnya lalu Benua menariknya ke dalam pelukannya.
Setelah memutuskan menjalin Kasih, Shafana juga merubah panggilan Bapak menjadi Abang kepada Benua.
"Maaf yah. Aku gak maksud ngagetin kamu" katanya seraya mengusap puncak kepala Shafana.
"sejak kapan kamu ada disini?" Tanya Shafana setelah perasaan kagetnya mereda.
"Baru aja, dan langsung ke sini"
"Astaga, aku baru bangun tidur, aku belum mandi, belum cuci muka, belum sikat gigi, kamu keluar dulu yah. Aku mandi dulu 5 menit, setelah itu kita sholat subuh bareng" ujar Shafana memberi penawaran.
"Kamu gak mandi juga tetap cantik kok." Benua meraih tangan Shafana lalu menyelimutinya dengan tangan besarnya. "Kamu tahu, perempuan akan terlihat kecantikannya itu kalau lagi bangun tidur." Goda Benua
"Ada beleknya" katanya seraya mengusap wajahnya dan membersihkan area sekitar matanya.
"Gak perlu, kamu udah cantik kok"
Balasnya
![](https://img.wattpad.com/cover/212102972-288-k619014.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Keputusan Takdir
Teen FictionBerbekal Nama Belakang kakeknya, Mereka berdua di kenal Banyak Orang. Pengaruh papanya di Negara ini juga sangat penting untuk membuat mereka tenar, baik di dunia nyata maupun di dunia Maya. Kembar Identik, yang jika di perhatikan sekilas nampak tid...