Eza melajukan mobilnya keluar dari rumah sakit menuju tempat yang sebenarnya belum ia tahu akan kemana. Tidak ada perencanaan apapun dalam pikirannya, tidak ada rekomendasi tempat yang Indah dalam otaknya. Eza belum mempersiapkan apapun untuk Permintaan Aruna ini.
Sementara Aruna sejak tadi hanya diam, ia tidak tahu Eza akan membawanya kemana, ia juga tidak mengatakan apapun pada Eza terkait tempat yang ia inginkan untuk date mereka malam ini. Aruna hanya ingin sejenak Lari dari masalah hidupnya, melupakan bahwa Aruni sedang sakit dan menginginkan kebahagiaan yang akan diberikan Eza untuknya. Egois memang, tapi Aruna butuh itu untuk meredakan sesak di dadanya.
Lalu keningnya sedikit mengerut saat Eza membawanya ke sebuah butik yang sering ia datangi bersama mamanya. Ini butik Teman mamanya, Tante Intan namanya, butik ternama di kota ini.
Eza mengajaknya keluar dari mobil tanpa Aruna sadari, mereka berjalan memasuki butik tanpa ada pertanyaan apapun dari keduanya. Aruna hanya pasrah terhadap apapun rencana Eza. Tiba di resepsionis, Eza mengatakan keinginannya bertemu Pemilik butik, tak lama seorang wanita paruh baya berjalan menuruni tangga dan bergabung bersama mereka di sofa yang terletak di depan resepsionis.
"Aruna, Eza" sapa Tante Intan ramah.
"Tante" balas mereka lalu tersenyum.
"Ada yang bisa Tante bantu?"
"Ada Tante," ujar Eza lalu mengajak Tante Intan sedikit menjauh dari Aruna, mereka membicarakan hal yang sama sekali tidak Aruna dengar, ia hanya diam meneliti setiap gaun yang tergantung indah di dalam sebuah kaca.
Tidak lama Eza kembali ke tempatnya dan meminta Aruna untuk mengikuti Tante Intan ke atas.
"Kamu mau kemana?" Tanya Aruna
"Aku harus menyiapkan sesuatu. Kamu disini dulu yah."
"Lama gak?"
"Enggak, Aruna. Sebelum jam 8 malam kita sudah akan kembali bertemu disini." Ujarnya. " Sekarang ikut Tante Intan ke atas yah"
Aruna mengangguk lalu berjalan mengikuti Tante Intan ke lantai Atas.
Sementara Eza sudah pergi entah kemana.Sampai di ruangan Intan, Aruna di minta untuk membersihkan badannya di kamar mandi yang sudah tersedia segalanya di dalam sana. Aruna hanya mengikuti apapun yang di katakan oleh Intan. Ia membersihkan badannya, Mengganti pakaian dalamnya lalu kembali ke luar dengan kimono putih yang membalut tubuh kecilnya.
"Duduk disini Aruna" ujar Tante Intan seraya menunjuk kursi yang berada di depan meja rias.
Aruna hanya menurut tanpa bertanya apapun.
Seseorang berdiri di belakangnya, Mengeringkan rambutnya lalu membantunya mengoles make up. Aruna tetap saja Diam, hari ini ia benar-benar tidak banyak bicara. Raganya memang ada disini, tapi hatinya sedang risau memikirkan adiknya.
Setelah make up nya selesai, Aruna diminta untuk mengenakan sebuah dress berwarna biru langit berlengan pendek, dengan panjang selutut, lalu kembali diminta untuk duduk di tempatnya.
"Relax saja Aruna. Tutup matamu" ujar Tante Intan lalu meminta asistennya untuk merapikan rambut Aruna. Aruna hanya menurut tanpa sepatah katapun.
Tatanan Rambutnya selesai namun Aruna masih tak kunjung membuka matanya, sampai ia merasakan sebuah benda dingin yang melingkari lehernya, Aruna merabanya dan meyakini bahwa ia telah di pakaikan sebuah kalung, lalu sebuah tangan hinggap di kedua pundaknya.
"Buka matamu Aruna" ujar suara lelaki yang Aruna sangat hafal pemiliknya.
Aruna membuka matanya dan melihat dirinya dipantulan cermin di hadapannya, sebuah kalung berbandul hati sudah melingkar indah di lehernya, dan orang yang berdiri di belakangnya, dengan senyum manisnya adalah pelakunya. Aruna tersenyum melihat Eza di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keputusan Takdir
Teen FictionBerbekal Nama Belakang kakeknya, Mereka berdua di kenal Banyak Orang. Pengaruh papanya di Negara ini juga sangat penting untuk membuat mereka tenar, baik di dunia nyata maupun di dunia Maya. Kembar Identik, yang jika di perhatikan sekilas nampak tid...