Dua hari setelah pernikahan Benua dan Shafana, mereka semua kembali berkumpul di meja makan pagi ini. Sama seperti dua hari yang lalu, aura pengantin baru masih terlihat di wajah Benua dan Shafana. Mereka berdua masih menjadi sasaran ejekan dari semua anggota keluarga Revand. Pagi ini Bunda Aletta Sengaja Memaksakan Bubur ayam sebagai menu sarapan mereka, bukan tanpa alasan, karena mama Meisya yang sedang hamil menginginkannya, jadilah Bubur Ayam spesial tersaji di meja makan.
Untuk pertama kalinya Shafana Melayani Benua sebagai suaminya di meja makan, dua hari kemarin makanan mereka berdua di antarkan ke kamar dengan alasan mereka masih capek sehabis pesta. Hal ini menjadi perhatian tersendiri bagi adik-adiknya, Zia sedari tadi sudah mesem-mesem melihat Shafana memperlakukan Benua dengan sangat manis. Aruni sempat batuk-batuk melihat Benua tersenyum manis pada istrinya sedangkan Aruna, sudah pasti langsung mencibir. Baru saja ia mengatakan hal yang jahat kepada abangnya.
"Coba dari dulu menikah-nya. Kan gak bikin banyak problem."
Benua menoleh padanya lalu melotot tajam. Mulut adiknya yang satu ini memang selalu pedas, tapi semua yang ia katakan adalah kebenaran.
"Apa itu maksudnya? Problem apa?" Tanya Kakek penasaran.
Aruna membolakan mata kaget, padahal bukan ini reaksi yang ia tunggu dari anggota keluarganya. Aruna tidak mungkin mengatakan pada semua orang tentang perlakuan buruk Benua pada Shafana dulu sebelum mereka memutuskan untuk mengutarakan perasaan. Aruna juga tidak akan tega mengatakan soal Benua yang kabur ke club' demi menghindari Shafana, dan Aruna juga tidak akan mungkin bisa jujur pada semua orang tentang perlakuan jahat Dan Kasar abangnya pada kakak iparnya. Aruna tidak se-kejam itu.
"Itu, yang lama banget nembak ceweknya." Celetuk Aruna.
Kakek Ali tersenyum lalu menatap pada Benua. "Tidak semua hal bisa di ekspresikan dengan perbuatan. Dengan sikap cukup membuktikan semuanya."
Aruna tersenyum pada kakeknya lalu merangkulnya. Kakeknya memang bisa se-bijak itu di waktu tertentu. Kalau tidak sedang kumat saja jahilnya.
Sarapan pagi ini berlangsung Menyenangkan, Dava dan Nayla sedari tadi hanya tersenyum menyaksikan drama anak-anaknya di meja makan. Alan sibuk dengan Meisya sedangkan Aletta sibuk mengurus kakek. Mereka serasa punya tugas masing-masing yang otomatis dilaksanakan tanpa perintah.
"Ma, Pah, Hari ini aku sama Aruni mau Jalan yah" ujar Aruna meminta izin pada Semuanya.
"Berdua aja?" Tanya Nayla.
"Bertiga sama Eza sih" Aruna menggaruk belakang telinganya lantas tersenyum malu.
"Tumben Zia gak ikut?" Ujar Dava Menimpali.
"Aku ada janji sama Niel, Alfi Maya dan Lila Pah. Tapi kita akan bertemu kok nanti" jawab Zia.
"Oh gitu. Kenapa gak bareng aja sih?" Tanya Papa Alan.
"Nanti ketemu Pah. Berangkatnya yang gak bareng"
"Perlu tambahan uang jajan gak?" Tanya Benua seraya memainkan ponselnya.
"Boleh lah, buat beli eskrim se-toko" cicit Aruni yang membuat Benua tertawa.
"Oke, Abang Tf aja yah, uang jajan. Anggap saja sebagai ucapan terima kasih Abang karena kalian sudah membantu kelangsungan acara nikahan Abang dan Shafana"
"Kurang dari Lima juta aku gak mau yah bang" ujar Aruni.
"Aku juga gak mau. Atm-ku gak Nerima recehan" ujar Zia seraya tertawa.
"Yaudah gak jadi" Benua tertawa keras.
"Dasar!" Cibir Aruna lalu memutar bola matanya.
"Yaudah siap-siap yang mau ngedate" goda Dava pada Aruna.
![](https://img.wattpad.com/cover/212102972-288-k619014.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Keputusan Takdir
Teen FictionBerbekal Nama Belakang kakeknya, Mereka berdua di kenal Banyak Orang. Pengaruh papanya di Negara ini juga sangat penting untuk membuat mereka tenar, baik di dunia nyata maupun di dunia Maya. Kembar Identik, yang jika di perhatikan sekilas nampak tid...