Memilih

17 2 0
                                    

"Apa lagi yang kamu pikirkan Aruna?" Tanya Eza setelah sepuluh menit mereka diam-diaman di ruangan ini. "Kamu memang sebaiknya pulang, di Indonesia ada aku yang jagain kamu, kalau kamu tetap disini, kamu akan banyak merepotkan Sulthan"

Aruna sedari tadi berpikir, bagaimana baiknya. Ketika ia pulang, ada orang lain yang akan direpotkan dengan segala keperluannya di sekolah, kepindahannya, ketertinggalan pelajarannya. Tapi jika ia tetap tinggal, ia akan melakukan semuanya di rumah sakit ini.

Dilema sekali rasanya.

"Aku gak mau mengambil resiko Aruna, kalau Zia dan teman-teman bikin berita hoax lagi dan kamu cemburu, kamu nangis berjam-jam lagi, aku gak bisa liat kamu seperti ini lagi, tolong!" Bujuknya.

"Aku malu kalau harus pulang sebelum waktu yang ku tentukan itu tiba." Ujarnya mengakui kekhawatirannya.

"Perjanjianmu itu hanya aku dan kamu yang tahu, tidak ada orang lain. Gak usah dipikirkan lagi. Anggap saja kamu tidak pernah mengatakan apapun padaku" Eza semakin berusaha meyakinkan Aruna.

"Aku malu sama kamu" Aruna menunduk dalam.

"Tapi aku sayang kamu" balas Eza.

Aruna kembali menghambur ke dalam pelukan Eza, memeluknya sangat erat.

"Kamu harus memilih Opsi kedua" Aruna mengangguk dalam dekapan Eza.

"Kamu janji?" Aruna kembali mengangguk.

"Kita akan pulang sama-sama" lagi-lagi Aruna mengangguk.

Hatinya merasakan kelegaan luar biasa yang selama 3 bulan terakhir ini menyesakkan dadanya. Aruna merasa bebannya benar-benar hilang di bawa angin. Benar-benar lega.

*********

"Bagaimana Aruna?" Ujar Kakek saat membuka Pintu, mengagetkan Aruna dan Eza yang diam saja dari tadi.

Aruna merubah posisinya, duduk Diatas brangkar. di dekatnya masih ada Eza yang sedari tadi ia peluk lengannya, tak pernah mau lepas bahkan ketika Eza memulai sarapan paginya yang diantar oleh seorang pramusaji di kantin rumah sakit ini.

"Kakek harus tanda tangan opsi pertama jika kamu memilih tinggal, kakek juga harus mengurus kepulangan kamu jika kamu memilih opsi kedua. Ayolah, beri kakek jawaban. Ini sudah terlalu siang, Aruni dan Eza harus segera pulang" katanya panjang lebar.

"Apa kek? Eza harus pulang?" Tanyanya. Aruna menatap Eza dengan mata berkaca-kaca. Seakan tidak merelakan dirinya lepas dari Eza.

"Iya, besok mereka sekolah. Mereka sore ini sudah harus pulang."

"Aku ikut pulang" ujar Aruna pelan

"Artinya kamu pilih opsi kedua?" Tanya kakek.

Aruna menganggukkan kepalanya, sedangkan kakek mengulum senyumnya. Rencananya berhasil, tidak sia-sia rasanya kepulangan Richard beberapa hari yang lalu, menemuinya dan membantunya menemukan banyak ide brilian untuk membawa Aruna pulang.

Flashback

Dering ponsel kakek pada Jam 10 malam terdengar nyaring, kakek sedikit merasa terganggu karena waktunya bersama teman-temannya di panti Jompo yayasannya harus terjeda untuk menjawab panggilan luar Negeri dari Dr.Rindu Qarina.

"Rindu--"

"Aruna drop om, sekarang dia ada ICU. Tapi kondisinya stabil. Tidak ada yang perlu di khawatirkan."

"Semuanya aman kan Rin?" Tanya Ali sedikit panik.

"Aman Om. Sekarang Rindu lagi dalam pengaruh obat tidur." Balas Rindu meyakinkan.

Keputusan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang