Kabar Gembira

17 1 0
                                    

Mama dan papa Twins pulang dari Dav's Entertainment bersama Shafana. Kedua orang tua itu datang ke Kantor untuk mengecek keadaan Kantor. Dava memang pemilik perusahaan itu, tapi tugas dan tanggung jawabnya ia serahkan kepada Shafana. Mereka bertiga masuk ke rumah bersamaan. Suasana rumah nampak sedikit ramai karena suara ketiga gadis yang sedang asyik bercerita di ruang keluarga.

Sore ini mereka habiskan dengan memakan sisa martabak yang dibawa Eza. Sedang Eza sudah pulang setengah jam yang lalu.

"Wah, kayaknya lagi seru nih" ujar Dava lalu ikut duduk di sofa.

"Eh, hai mama papa, kakak" sapa mereka bertiga bersamaan.

"Abis makan Martabak telur yah?" Tanya Nayla, ikut duduk di dekat anak-anaknya.

"Iya mah, di bawain Eza tadi" jawab Aruna seraya tersenyum.

"Eza datang ke sini?" Tanya Maya lagi, sedikit merasa gemas.

"Iya mah." Timpal Aruni

"Jenguk kakek juga" ujar Zia.

"Anak itu baik banget yah." Puji Nayla seraya tersenyum.

"Papanya juga baik banget." Ujar Dava

Nayla menoleh pada suaminya lalu memeluk tangannya. Kalau sudah seperti ini berarti Nayla meminta suaminya untuk diam. Tidak mengatakan apapun dari kelanjutan ucapannya.
Aruna, Aruni, Zia dan Shafana saling melirik melihat papa dan mamanya bertingkah seperti itu. Tidak seperti biasanya. Mungkin mereka menyembunyikan sesuatu yang tidak harus mereka katakan kepada anak-anaknya.

"Shafana, Bagaimana dengan Model yang di pilih oleh Laras tadi?" Tanya Dava mengalihkan perhatian.

Shafana menoleh padanya lalu tersenyum. "Sudah diproses pak. Kami juga sudah memilih beberapa orang untuk dijadikan cadangan jika saja diperlukan nanti. Kontraknya sudah dibuat dan sudah di tanda tangani." Jawabnya

Shafana memang menolak memanggil Dava dengan sebutan selain 'bapak' karena menganggap itu tidak sopan.

"Kenapa gak pake Aruni saja sih kak? Kan bang Benua pernah bilang kalau aku bisa jadi model." Usul Aruni.

Shafana tersenyum "Bang Benua harus berpikir ribuan kali untuk menjadikan kamu sebagai modelnya" jawab Shafana.

"Kamu gak bisa capek-capek Aruni" timpal Aruna seraya melirik tajam pada adiknya.

"Iya kak, maaf" katanya seraya tersenyum lebar.

"Shafana, kamu tahu, perusahaan Dav's Entertainment itu adalah warisan dari kakek untuk papa. Kakek mendapatkan perusahaan itu dengan usahanya sendiri, seorang diri sebagai pembuktian untuk memantaskan dirinya bersanding dengan Oma Prilly yang notabene adalah orang kaya. Kakek mewariskannya pada Papa sebagai hadiah ulang tahun ke 17 papa. Itu janjinya pada Oma Prilly dulu. Dan Sekarang, papa mengalihkan tanggung jawabnya kepada Benua, kepada Kamu. Tolong kamu jaga dengan baik amanah kakek itu"

Shafana tersenyum mendengar ucapan Dava. Dava memang selalu menyebut dirinya 'papa' pada Shafana setelah anaknya resmi meminta izin langsung pada Keluarga Shafana untuk menjadikan Shafana kekasihnya.

"Iya pak. Saya akan berusaha membuatnya semakin berjaya. Tapi saya tidak janji akan bertahan lama di Dav's, sebab ada orang lain yang lebih bisa memajukan Dav's dari pada saya"ujar shafana seraya melirik Aruna.

Dava tersenyum lalu merebahkan badannya ke sandaran sofa. Dava tahu, Aruna mungkin mewarisi banyak gen darinya sehingga membuat anak gadisnya itu sangat suka tantangan. Sangat suka bekerja, sangat suka dengan hal-hal baru, dan Dava tahu Aruna sudah tidak sabar ingin memimpin Dav's entertainment tercinta.

Keputusan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang