Eza berlari menaiki tangga rumahnya dengan tergesa-gesa, malam ini ia belum sama sekali mengabari Aruna. Hal tersebut mencuri perhatian mama dan papanya sehingga ia harus menghentikan langkah karena mendapat panggilan. Eza tersenyum canggung pada kedua orang tuanya.
"Kenapa sih lari-larian gitu? Mama padahal mau bicara loh ini" ujar Vonny, wanita paru baya yang cantiknya masih sama dari dulu sampai saat ini.
"Maaf ma, aku cuma mau ngecek hp di kamar, takut Aruna nge-chat" ujarnya lalu kembali berjalan turun dari tangga. Eza menghampiri mamanya yang berdiri di ujung tangga. "Mama mau bicara apa?" Tanyanya ceria.
"Mentang-mentang lagi jatuh Cinta yah, gak bisa lepas banget dari HP-nya" Vonny menjewer pelan telinga anaknya lantas tersenyum.
"Namanya baru balikan ma" Ungkapnya jujur.
Vonny mengacak rambut Eza dengan senyum bahagianya. "Mama ikut bahagia untuk itu nak," ujarnya. "Tapi ada yang harus mama bicarakan dengan kamu". Raut wajahnya terlihat serius.
"Apa itu?" Tanyanya penasaran.
"Kamu tahu kan Keluarga kita Baru aja membagi warisan? Dan Papa mendapat mandat dari Opa untuk memimpin kembali perusahaan ekspor impor yang ada di Ausy. Bagian papa adalah perusahaan yang ada disana sayang, sedangkan yang ada di Indonesia dipindah tangankan kepada Om Reno, dan-----" ujar Vonny menggantung. Hal tersebut membuat hati Eza tidak tenang.
"Dan apa ma?" Tanyanya semakin penasaran.
"Dan papa Minta kita pindah Lagi kesana" katanya pelan sambil menekan kata lagi.
Eza memejamkan matanya. Perasaannya sangat tidak enak mendengar berita ini. Bagaimana Bisa ia kembali LDR-an dengan Aruna. Bagaimana bisa Eza kembali harus kehilangan semua teman-teman baiknya di sini.
"Gimana menurut kamu?" Tanya mamanya.
Eza diam sembari berpikir keras. Bagaimana sebaiknya?
"Apa aku punya Pilihan Ma?" Tanya Eza.
"Punya nak. Kamu punya dua pilihan." Ujar Papanya menimpali. Ia baru saja datang dari arah ruang kerjanya.
Eza sedikit bisa bernapas mendengar ucapan papanya.
"Pertama, kamu tinggal di Indonesia, hidup mandiri disini, tapi Kamu Harus masuk fakultas yang papa pilih. Kedua, kamu ikut kami ke Ausy dan kamu bebas melakukan apa saja dan bebas pilih kampus mana saja nanti yang sesuai dengan passion kamu" ujar Papanya.
Eza berhenti bernapas 10 detik. Sepertinya mulai sekarang ia harus melupakan mimpinya menjadi seorang dokter karena harus mengikuti keinginan papanya. Jelas Eza akan memilih opsi pertama demi tetap bersama Aruna disini.
"Aku pilih opsi pertama." Ujarnya tanpa ragu.
"Papa sudah menduga kamu akan memilih opsi pertama." Papanya tersenyum bahagia mendengar jawaban Eza.
"Baiklah Za, jadi sekarang papa akan memberitahu peraturan papa pada opsi pertama yang kamu pilih, berhubung kamu akan tinggal sendiri di sini. Katakan saja seperti itu" Kian tersenyum singkat lalu menjelaskan semuanya kepada Eza dengan gamblang.Eza tinggal di rumahnya bersama dengan satu orang ART dan satu orang satpam. Semua uang Jajan Eza tetap di kontrol oleh mamanya dan segala peraturan papa di rumah ini tetap harus di jalankan. Tidak akan sulit, sebab Eza bersebelahan rumah dengan Alfi. Dan berhadapan dengan Daniel, semuanya pasti akan terasa mudah.
"Papa tidak tahu apa yang kamu rasakan pada Aruna akan bertahan sejauh mana, yang jelas papa tahu kamu tidak akan menyakiti hati perempuan manapun." Ujar Papanya memberi wejangan.
"Aku mungkin masih terbilang sangat muda untuk mengerti rasa ini tapi aku yakin Rasa ini terlalu dalam jika hanya dianggap sebatas main-main saja. Aku berjanji pada diri ku sendiri 'bahwa Tuhan sekalipun tidak akan ku biarkan merenggut Aruna dariku"

KAMU SEDANG MEMBACA
Keputusan Takdir
Fiksi RemajaBerbekal Nama Belakang kakeknya, Mereka berdua di kenal Banyak Orang. Pengaruh papanya di Negara ini juga sangat penting untuk membuat mereka tenar, baik di dunia nyata maupun di dunia Maya. Kembar Identik, yang jika di perhatikan sekilas nampak tid...