Eza-Aruni & Aruna-Sulthan

22 1 0
                                    

Teruntuk kamu yang Selalu ada di hatiku.

Aku tidak tau bagaimana rasa ini bermula, aku juga tidak tahu kapan Cinta ini tumbuh untukmu. Yang ku tahu, Sejak nama mu terpatri dalam singgasana hatiku, aku yakin kamu adalah jawaban dari doa disepertiga malamku.

Namun entah kenapa kamu memilih menjauh, kamu meninggalkanku. Walau begitu aku tak apa, silahkan ambil waktu sebanyak mungkin yang kamu mau, Sepanjang yang kamu inginkan, Tetapi setelah itu, Izinkan aku memilikimu sekali lagi, Aruna-ku.

Meski jauh, aku akan tetap selalu mencintaimu.

I Miss you so much, Aruna.

*

Aruna tersenyum membaca pesan Eza pagi ini. Entah kenapa selama mereka terpisah jarak sejauh Jakarta-Singapura Eza semakin pintar berkata-kata. Semakin pandai merangkai kata yang sialnya mampu membuat pertahanan hati Aruna goyah. Setiap ucapan Eza melalui pesan teks akan selalu membuat Rindu Aruna tak bisa ia tahan. Sama seperti hari ini, Ketika guru yang mengajarnya Memintanya Mengerjakan soal, Aruna justru mengalihkan perhatiannya pada Handphone-nya. Membaca chat Eza yang seperti mood booster baginya.
Sia-sia saja rasanya Aruna menjauh, sebab rasanya masih sama, Hatinya masih untuk Eza, meski mati-matian ia menahannya.

"Kok senyum-senyum sendiri sih? Udah mulai suka sama aku yah?"

Aruna terlonjak kaget mendengar suara itu, ia menutup mata dramatis lalu menghela napas. Orang yang ia juluki si pengganggu datang lagi. Entah dari mana, dan kenapa sampai bisa masuk di ruangan belajarnya.

"Kak Sulthan apa-apaan Sih!!" Hardiknya lalu menyimpan kembali ponselnya.

Aruna melirik sedikit pada gurunya yang menggeleng pelan melihat kedua orang di depannya.

"Ngapain kamu masuk kesini Sulthan? Ini waktunya Aruna belajar. Kalau ada perlu sama Aruna, silahkan tunggu di luar, sampai kelas ibu selesai." Ujarnya pelan.

"Ibu guru yang cantik, andalannya Sulthan, Tolong dong mengerti sedikit. Ini aku lagi PDKT sama Aruna loh, please lah di dukung gitu" katanya lalu duduk bersila di sebelah Aruna.

"Ini bukan waktunya bercanda Sulthan." Peringati Gurunya.

"Aku nemenin Aruna belajar yah Bu" pintanya tak menggubris ucapan ibu Guru sebelumnya.

"Tidak boleh" tolaknya terang-terangan.

"Tapi lima menit lagi jamnya ibu selesai loh." Balas Sulthan tidak mau kalah.

Guru yang mengajar Aruna hari ini menghela napas. Tidak habis pikir dengan semua jawaban yang di berikan Sulthan. Dari dulu anak ini memang tidak berubah sedikitpun.

"Baiklah, kalau begitu sesi belajar kita hari ini selesai Aruna. Ibu akan datang lagi besok pagi di jam yang sama." Ujarnya lalu tersenyum manis.

"Maaf yah Bu, maaf banget." Ujar Aruna dengan wajah memelas di hadapan gurunya. Ia merasa tidak enak hati karena proses belajar mereka terganggu karena Sulthan.

"Tidak apa-apa. Ibu maklum kok, anak ini memang seperti itu, dari dulu" katanya lalu mengusap pipi Aruna sebelum berlalu.

Sepeninggal Ibu gurunya, Aruna menatap Sulthan dengan tatapan benci, bisa-bisanya ia datang menganggu proses belajar mengajarnya. Dengan gusar, Aruna merapikan buku-bukunya lalu berdiri meninggalkan Sulthan di sana.

"Aruna, hey. Ini bukan masalah serius. Kenapa kamu harus kesal kepadaku" katanya seraya mengejar Aruna.

"Aruna, Aku datang karena bang Benua yang memintaku menemani mu ke toko buku loh, kok di cuekin sih?"

Keputusan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang