"apa maksud kamu melakukan ini Aruna?" Tanya Eza lirih. Selirih angin berhembus di sekitar mereka yang saat ini sedang duduk berdua di bangku taman rumah sakit.
"Aku hanya ingin membantu Aruni"
"Tapi kamu gak mengatakan apapun kepadaku, dan kepada semua orang."
"Apa yang bisa aku katakan? Sedangkan adikku sedang butuh pertolongan." Aruna menatap tajam Eza.
"Aku tahu, tapi-----"
"Dari sejak kami lahir, aku sudah menjadi penopang hidup untuknya. Kenapa tidak sekalian saja aku berbagi Ginjal untuknya juga"
"Aruna!!" Bentak Eza keras.
Aruna diam, Eza juga ikut diam. Ini adalah rencana besar, resiko yang di timbulkannya juga sangat besar. Tidak cukup jika hanya dipikirkan dalam satu malam atau bahkan di putuskan berdasarkan emosi dan ego.
"Rencana apa yang sedang menari-nari di dalam otak kamu Aruna?"
"Aku hanya ingin membantu Aruni, Za. Tidak lebih" lirihnya.
"Tapi kamu melakukannya tanpa persetujuan orang tuamu. Apa itu tidak melewati batas mu?"
"Aku merencanakan ini dari sekitar dua bulan yang lalu bersama bang Benua. Dia tahu semua rencana ini, dan bang Benua juga yang membantuku untuk melakukannya."
"Alasanmu tidak cukup masuk akal untuk membuat mama dan papamu tenang." Lirihnya, seakan frustasi dengan apa yang sedang dihadapinya sekarang. Rasanya orang yang ada di sampingnya Ini bukan Aruna, bukan kekasihnya.
"Mereka hanya perlu mengikuti semua yang sudah ku rencanakan, Za."
Eza menatap tajam padanya. "Apa kesehatanmu cukup bagus untuk melakukan donor itu Aruna? Apa kondisimu cukup bisa diandalkan untuk melewati operasi panjang itu?"
"Za, please. Jangan bikin semuanya jadi rumit!"
"Kamu yang bikin semuanya jadi rumit.!" Bentak Eza tak kalah keras.
"Kamu sudah menumbuhkan bahagia di hati aruni di awal, tapi dalam waktu yang singkat kamu patahkan juga hatinya. Kamu pikir dia akan dengan senang hati menerima donor ginjal darimu? Kamu pikir kamu bisa menjadi pahlawan kesiangan untuknya? Kamu pikir apa yang akan terjadi pada Kakek kalau tahu semua ini? Kamu pikir aku tidak tahu resiko yang harus kedua orang tuamu terima jika saja operasi itu gagal? Jangan hanya berpikir tentang kebaikan satu orang sehingga kamu mengabaikan kebaikan orang-orang di sekitar mu. Kamu terlalu berarti Aruna. Aku yakin mereka semua tidak akan setuju dengan rencana gilamu ini""Mereka harus setuju Za. Mereka harus mengiyakan keinginanku. Karena setelah itu, aku baru bisa tenang"
"Kamu tidak bisa melakukan itu Aruna!" Bentak Eza lagi.
Ia tidak habis pikir bagaimana cara meruntuhkan keras hatinya, Aruna terlalu keras untuk di lawan dengan kekerasan pula. Tapi Eza tidak akan mungkin bisa mengiyakan keinginanku Aruna. Terlalu beresiko, terlalu besar ketidakmampuannya mengetahui kenyataan bahwa Aruna lah yang akan menjadi pendonor untuk Aruni, setelah mendengar cerita dari Lila.
"Aruna, kamu harus pikirkan kembali keputusanmu ini" ujar Eza. Suaranya melembut setelah beberapa saat yang lalu berhasil meredam emosinya.
"Aku sudah mempertimbangkannya Za. Aku sudah berkali-kali memikirkannya. Dan keputusanku tetap seperti itu. Aku akan mendonorkan ginjalku untuk Aruni"
"Kamu tidak akan melakukannya tanpa persetujuan orang tuamu." Ujar Eza. Sedangkan Aruna hanya tersenyum tipis.
"Permintaan ketiga Za!" Ujar Aruna mengalihkan pembicaraan.
![](https://img.wattpad.com/cover/212102972-288-k619014.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Keputusan Takdir
Teen FictionBerbekal Nama Belakang kakeknya, Mereka berdua di kenal Banyak Orang. Pengaruh papanya di Negara ini juga sangat penting untuk membuat mereka tenar, baik di dunia nyata maupun di dunia Maya. Kembar Identik, yang jika di perhatikan sekilas nampak tid...