Jawaban Rasa

27 2 1
                                    

Eza: Kamu tahu Aruna, Aku begitu bahagia membuka ponselku di pagi hari mendapati pesan yang kamu kirim semalam. Sayang, kamu mengirim pesannya terlalu larut malam, karena jika pesanmu ada sebelum jam 10 malam, diizinkan atau tidak aku akan tetap datang ke rumah sakit, hanya untuk sekedar mengatakan 'Selamat Tidur Sayang'. Aku bahagia Aruna. Sangat bahagia.

Pipi Aruna memerah mendapat balasan seperti itu dari Eza. Ia begitu malu pada Eza karena ulah Aruni semalam. Ia memegang pipinya yang terasa panas pagi ini.

"Ke sekolah gak?" Tanya Zia yang sudah siap dengan Pakaian seragam sekolahnya.

Jangan tanyakan lagi bagaimana Bisa ia membawa semua peralatannya dan perlengkapan sekolahnya ke sini. Mamanya terlalu perfect untuk mengurus semuanya. Zia juga membawa perlengkapan Aruna jika saja kakak sepupunya itu ingin ke sekolah hari ini.

"Enggak deh, aku disini dulu Sama Aruni" jawabnya tanpa melepas pandangannya dari ponsel.

"Hari ini ada Ujian dari Bu Ana, kalau kakak Bolos Nilai kakak Nol" katanya memperingati.

"Nanti bisa nyusul ulangannya Sama Aruni" Elaknya.

"Kak---"

Aruna memotong ucapannya cepat .

"Heh, sejak kapan sih kamu jadi sesopan ini sama aku? Bukannya kemarin masih kurang ajar yah sama kakaknya." Katanya sedikit Heran kepada Zia yang mendadak memanggilnya dengan embel-embel kakak di depan namanya.

Zia tersenyum lalu merangkul bahu Aruna. "Aku baru sadar kalau ternyata Punya kakak seperti kak Aruna itu sangat membahagiakan. Gak enak jadi anak pertama, jadi Mulai detik aku sadar, aku Akan memanggil Kamu dengan sebutan kakak. Kan memang seperti itu seharusnya." Katanya lalu tersenyum.

"Semau kamu deh,"

"Yaudah, Ayo sekarang sekolah." Suruhnya lagi.

"Kamu duluan aja. Aku hari ini izin dulu. Nanti surat izinnya nyusul kalau papa sudah ada disini"

Zia menghelah napas pasrah lalu berjalan ke pembaringan Aruni, ia mengusap rambut Aruni lalu tersenyum.

"Cepat sembuh yah kakak kedua, biar kita bisa main lagi." Katanya lalu berpamitan untuk berangkat ke sekolah.

Zia memang seperti itu. Seperti mamanya kalau kata Mama Nayla, penyayang dan sangat senang membantu orang. Hal itu juga yang terjadi sampai Zia memiliki Dua Ibu.

"Kok gak sekolah sih Kak, nanti di cariin Eza Loh" goda Aruni.

"Kalau aku ke sekolah kamu sama siapa, hhmm? Jangan aneh-aneh deh." Katanya Lalu beranjak ke sofa untuk menyantap Sarapan Pagi yang dikirim oleh mamanya Dari rumah.

Kedua anak Dava dan Nayla ini memang seperti itu, Tidak pernah diizinkan makan sembarangan apalagi junkfood, makan makanan cepat Saji atau sesuatu yang menurut Nayla tidak sehat.

"Kan Ada Suster kak, sebentar lagi juga mama pasti datang" jawabnya.

"Mama ada kerjaan pagi-pagi. Dia baru datang jam 11 siang, selama itu kamu sendiri disini kalau aku ke sekolah."

"Gak papa kak"

"Jangan Ngaco." Katanya lalu kembali fokus pada Sarapannya. Sementara Aruni memperhatikannya dari Brangkar. Ia begitu bahagia memiliki saudara seperti Aruna, yang Rela membagi apa saja yang menjadi miliknya, termasuk ketika harus di mintai sesuatu yang ada di tubuhnya. Aruna akan siap.

"Kak---"

"Hhmm"

Jawaban termalas yang di layangkan Aruna membuat adiknya tertawa. Aruna pasti sedang kesal karena mengira Aruni akan kembali membujuknya agar mau ke sekolah.

Keputusan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang