Asap cokelat Panas Masih mengepul di sekitar Bibir cangkir Aruna. Mereka baru saja memulai sarapan pagi di meja makan, bertiga bersama Benua dan Shafana. Ada sepiring Roti bakar siap makan yang di sediakan di atas meja, namun mereka sama sekali belum menyentuhnya. Aruna sejak tadi diam, terlebih Benua yang sepertinya sedang berpikir keras. Makan malam yang mereka hadiri semalam rupanya menimbulkan banyak efek bagi mereka. Padahal makan malamnya berjalan lancar dan membuahkan hasil yang Benua inginkan.
"Kenapa sih, kok diam-diaman aja?" Pancing Shafana memulai obrolan. Ia merasa aneh dengan keadaan ini.
"Aku masih merasa aneh aja sayang, kok yah tiba-tiba Client aku semalam langsung mengiyakan tawaran kerja sama yang aku ajukan setelah melihat Aruna duduk di depannya." Ujar Benua seraya mengambil sepotong roti bakar di piring. "Padahal, aku belum menjelaskan bagaimana bentuk kerja samanya." Lanjutnya tak acuh.
"Bukannya malah bagus yah, kan gak perlu repot lagi menjelaskan." Timpal Shafana.
"Tapi aku sedikit heran aja, Apa ini karena Aruna yah" katanya terlihat berpikir.
"Bagaimana bisa karena aku bang, kenal aja baru semalam, jangan ngaco." Ujarnya acuh
"Bisa aja, kan semalam kamu cantik banget" timpal Shafana lalu ikut duduk bersama mereka, menikmati sarapan pagi ini.
Setelahnya, mereka diam, Aruna tidak menjawab apapun. Ia hanya tersenyum lalu melanjutkan sarapannya.
"Hari ini kamu mulai belajar yah, Runa. Jam 8 Bu Wibi datang." Ujar Shafana sebelum berdiri, berniat mengiringi suaminya menuju pintu utama.
"Iya kak." Balasnya lantas menyelesaikan sarapannya.
Shafana tersenyum kemudian berlalu.
*
Dua puluh menit sebelum Waktu yang di tentukan Shafana tiba, Aruna sudah duduk di kursi di dalam sebuah ruangan yang telah di siapkan sebelumnya. Ruangan yang tidak begitu luas, memiliki dua buah kursi dan dua buah meja yang letaknya sedikit berjauhan khusus untuk Ibu Wibi dan Aruna Selama proses belajar mengajar mereka. Shafana dan Benua mempersiapkannya senyaman mungkin untuk Aruna, agar adiknya itu betah dan pelajaran yang di berikan oleh ibu Wibi bisa terserap dengan baik.
Tak lama Shafana datang bersama seorang perempuan muda, Modis nan Anggun. Masuk ke ruangan yang sama dengan Aruna, wanita itu memperkenalkan dirinya sebagai Ibu Wibi, Orang yang akan menjadi guru Aruna selama ia belajar di rumah. Lalu tak perlu waktu yang panjang untuk perkenalan, Mereka segera memulai pelajaran pertama hari ini. Seperti kata Shafana, Aruna harus merasa nyaman selama berada di dekatnya, di dalam pengawasannya
*********************************
Jakarta - Indonesia at 10.10 am
Kantin sekolah SMA Nusantara terlihat sangat ramai pagi ini. Beberapa orang sudah duduk sambil menikmati makanannya di meja, beberapa orang lainnya masih sibuk mengantri untuk mendapatkan makanan yang mereka inginkan. Sama seperti yang di lakukan Daniel dan Maya Sekarang, Mereka sedang menunggu pesanan teman-temannya.
Sejak pagi, pada Hari ke empat sekolah mereka, ada beberapa wajah yang terlihat murung, diantaranya adalah Eza dan Aruni, mereka berdua seperti orang yang sedang punya banyak masalah, maka dari itu, Maya dan Daniel menawarkan untuk memesankan mereka makanan.
"Makanan datang!" Seru Maya seraya meletakkan semua pesanan teman-temannya di depan mereka.
"Terima kasih Maya" ujar Zia seraya menerima makanannya.
"Thank you Niel" Alfi tersenyum seraya menerima piring dari Daniel.
"Yaudah makan-makan, jangan pada Murung aja kayak ayam sakit" sambar Daniel lalu mulai menikmati makanannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/212102972-288-k619014.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Keputusan Takdir
Teen FictionBerbekal Nama Belakang kakeknya, Mereka berdua di kenal Banyak Orang. Pengaruh papanya di Negara ini juga sangat penting untuk membuat mereka tenar, baik di dunia nyata maupun di dunia Maya. Kembar Identik, yang jika di perhatikan sekilas nampak tid...