Eza: selamat siang sayang.
Eza: Kamu lagi apa?
Eza: kamu dimana?
Eza: aku boleh kesana?
Eza: kamu sudah makan?
Eza: Aruna. Kamu baik-baik saja kan?
Eza: sayang, kamu di mana?
Eza: kamu baik-baik saja kan? (2)
Eza: I Miss you.
Eza: aku lebay yah padahal baru ketemu kemarin. 😁
Eza: Aruna. Kenapa kamu tidak balas pesanku?
Eza: kok aku khawatir sih.
Eza: aku kesana yah?
Eza: Aruna
Eza: kamu dimana?
Eza: sayang, aku benar-benar khawatir.
Eza: balas please.
Zia melihat ada banyak pesan Eza yang masuk ke ponsel Aruna namun ia tidak berani membukanya. Zia mengambil ponselnya di saku lalu mendial Nomor Eza. Zia tersenyum manis saat Eza menjawab panggilannya pada dering pertama.
"Kakak ku di rumah sakit. Tadi ada sedikit Insiden sampai membuatnya tak sadarkan diri. Kamu kesini yah Za."
Eza tak mengatakan apapun di seberang sana sampai ia memutuskan sambungan telponnya. Zia menghelah napas Lelah, pasti Eza akan sama Khawatirnya dengan dirinya, apalagi sampai saat ini Aruna masih belum sadar.
**
Siang menjelang, Zia yang duduk menemani Aruna dan Shafana di dalam ruangan terbangun dari tidurnya ketika mendengar suara grasak-grusuk dari arah pintu. Ia mengusap wajahnya sembari menunggu siapa yang akan masuk ke ruangan perawatan Aruna dan Shafana.
Saat Pintu terbuka, Zia bisa melihat wajah khawatir Eza berjalan cepat mendekati Brangkar, ia tidak mengatakan apapun sampai ia berhasil meraih jemari tangan Aruna dan menggenggamnya erat.
"Aruna kenapa Zi?" Tanya Eza sedikit panik.
"Aku gak tau Za. Tiba-tiba aku sudah melihat dia mengapung di kolam renang." Jawabnya.
Eza mengusap puncak kepala Aruna pelan, sembari berbisik memanggil namanya.
"Sudah hampir 3 jam, tapi dia belum sadar. Tapi kamu tenang saja, Dokter bilang kondisinya stabil kok." Ujar Zia seolah mengerti apa yang sedang di pikirkan Eza.
"Lalu kak Shafana kenapa sampai di rawat juga?"
"Kak Shafana yang Lihat kejadiannya. Dia syok sampai pingsan dan dibawa kesini juga."
Eza meraih kursi yang di berikan Zia padanya lalu duduk di dekat Brangkar Aruna. Tangannya masih menggenggam erat jemari tangan Aruna sambil terus melihat pada wajahnya yang terlihat sangat lelah. Eza tidak bisa memikirkan apa-apa tentang penyebab Aruna bisa tenggelam di kolam, padahal setahunya Aruna itu sangat jago dalam berenang.
Lalu terjadi pergerakan di Brangkar Shafana, Gadis itu terbangun dari tidurnya saat mendengar suara orang bercakap. Ia tersenyum saat melihat Eza dan Zia di dalam ruangannya.
"Kak, gimana keadaannya?" Tanya Zia. Ia bergerak mengambilkan air minum untuk shafana.
"Aku sudah merasa lebih baik Zi. Terima kasih"
Zia mengangguk lalu kembali duduk di tempatnya.
"Sudah lama Za?" Tanya Shafana seraya mengubah posisi tidurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keputusan Takdir
Teen FictionBerbekal Nama Belakang kakeknya, Mereka berdua di kenal Banyak Orang. Pengaruh papanya di Negara ini juga sangat penting untuk membuat mereka tenar, baik di dunia nyata maupun di dunia Maya. Kembar Identik, yang jika di perhatikan sekilas nampak tid...