Pernyataan Rasa

25 2 0
                                    

Eza: Aku sudah sampai di Rumah. Bagaimana Makanannya, Sudah di makan?

Aruna: sudah, Sama mama tadi. Aruni juga makan. Enak katanya. Terima kasih.

Eza: anything Aruna.

Aruna: aku gak ngerti maksud bisik-bisik kamu tadi Za.

Eza: aku serius mengatakannya Aruna.

Aruna: ini terlalu cepat buatku .

Eza: dan terlalu lama buatku. Seharusnya sudah sejak dulu, tapi aku tidak cukup punya banyak keberanian.

Aruna :😞

Eza : aku serius ketika aku bilang aku sayang kamu. Tapi aku tidak berharap kamu mengatakan hal yang sama kepadaku, cukup dengan mengizinkan aku terus berada di dekatmu. Menjagamu, memastikan kamu baik-baik saja dan memastikan kamu selalu bahagia.

Aruna : 😞😞

Eza : Aruna, I love you.

Aruna : Za 😢😢

Eza: Jangan di pikirkan Aruna. Kamu fokus saja sama Aruni. See you tomorrow.

Aruna: 😊😊

**

Aruni Berdehem pelan membuyarkan lamunan kakak Lima Menitnya. Sedari tadi ia sudah memperhatikan Aruna yang sibuk dengan ponselnya. Aruni tahu dia sedang berbalas pesan dengan siapa, nampak dari Raut wajah kakaknya.

"Cie,"

"Cie apa?"

"Yang di bawain makanan sama Eza. Yang sakit siapa yang di bawain makanan siapa" senyumnya terlihat manis sekali.

"Jangan Ngaco. Dia kebetulan aja lewat"
Kilahnya.

"Mana ada orang kebetulan lewat. Yang ada sengaja datang nganter makanan. Lalu pulang." Kekehnya.

"Sakit Kok ngeselin sih" ujar Aruna yang sudah tidak tahan di goda adik lima Menitnya.

"Yang tadi itu Eza yah? Anaknya Om Kian?" Tanya Nayla yang memang sejak tadi memperhatikan mereka berbicara .

"Iya mah. Kebetulan dia pindah ke Jakarta, dari Sydney."

"Aruna Suka?" Tanya Nayla tiba-tiba.

"Enggak Mah, dia teman kita kok. Iya kan Aruni?" Katanya Mencari pembelaan.

"Mungkin kak Aruna belum suka, tapi Eza  sudah mulai menyukai kakakku mama" katanya lalu tertawa.

Ketawa yang di rindukan Nayla malam ini.

"Keliatannya Baik sih," ujar mama Memulai penilaian.

"Dia juga Pintar mah, ganteng, dan yang jelas peduli sesama mah. Cocok banget buat kakak" puji Aruni.

"Aruni!" Suara peringatan itu datang dari Aruna, kakak lima menitnya.

"Selama yang Kalian Lalukan tidak menyalahi norma dan peraturan, kalian boleh dekat dengan siapapun" Nayla mengusap pipi Aruna.

"Kode keras Tuh kak. Mama saja ngebolehin. Apalagi nanti papa kalau Udah Liat Eza, dan tau Kalau Eza anaknya Om Kian." Aruni tersenyum

"Aruni!"

"Cie malu, ciee. Jangan-jangan sudah di tembak ini"

"Aruni apaan sih" Aruna menutup telinganya lalu berbaring di sofa. Tidak mau lagi mendengar Ocehan Aruni yang menggodanya.

Lalu tiba-tiba Dava Datang bersama Ali, masuk ke ruang perawatan Aruni dan melihat bahwa mereka sedang tertawa, Dava begitu bahagia melihatnya, setidaknya mereka masih memiliki kasih sayang yang besar diantara luka ini.

Keputusan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang