Pelataran Sekolah SMA Nusantara Kembali ramai pada Hari Senin ini. Semua siswa dan Siswi di haruskan mengikuti upacara Bendera. Alfi, Eza, Daniel, Lila dan Maya berjalan bersama menuju lapangan, mereka harus berdiri bersisian seperti biasa, agar memudahkan mereka jika salah satunya pingsan dalam upacara.
Eza berdiri di barisan paling depan, menyusul Alfi lalu Daniel, Maya juga berdiri di barisan paling depan Siswi, bersebelahan dengan Eza. Lalu dari arah koridor Aruna, Aruni serta Zia terlihat berlari menuju barisan. Eza dengan sigap menghampiri ketiganya lalu bersama berjalan menuju barisan.
"Aruna, Aruni, kalian gak apa-apa ikut upacara?" Tanya Alfi memastikan.
"Gak apa-apa. Kata dokter Anisa sudah boleh ikut upacara. Buat melatih tubuh juga sih katanya." Jawab Aruni.
"Bukan apa-apa sih, kami hanya gak mau kalian kenapa-napa." Timpal Daniel.
"Tapi kalo kalian merasakan sakit sedikit pun, bilang yah" ujar Maya.
"Pasti May" jawab Aruna lalu tersenyum.
Mereka kembali ke dalam barisan, mengatur diri untuk mengikuti upacara Bendera ini.
"Kamu berdiri di barisan ke dua yah Runa, di belakang Maya, biar aku bisa lindungi kamu dari panas matahari, Aruni di belakang kakaknya yah" ujar Eza lalu menyusun cara berdiri Barisan cewek-cewek.
"Cie so sweet banget sih Za" goda Zia lalu mengambil barisan di belakang Lila.
"Panas Banget ini mataharinya" keluh Daniel.
"Yaudah Sih nikmati saja" cibir Lila lalu mereka diam mengikuti jalannya upacara ini Hingga Selesai.
Tak ada perasaan apapun yang mereka rasakan selain dari panas matahari. Padahal ini adalah untuk yang pertama kalinya Aruna ikut upacara setelah operasi itu. Tapi semuanya berjalan lancar hingga upacara selesai.
Setelah barisan di bubarkan, Eza mengajak Aruna ke Kantin untuk sekedar mencari minuman, sedangkan Zia dan Aruni hanya menitip di belikan saja, Mereka berdua memilih menunggu di kelas saja. Rasa lelah bercampur dengan gerah di badannya memaksanya untuk segera sampai di ruangan ber-AC.
Zia dan Aruni berjalan santai menuju kelasnya, melewati setiap koridor siswa dimana masih banyak yang berlalu lalang, mencari kenyamanan pada Desiran angin yang berhembus melewati mereka. Hingga tanpa Sadar, langkah mereka harus terhenti karena seseorang di ujung tangga menyita perhatian keduanya.
"Ada apa?" Tanya Aruni to do point.
Siswi di depannya berjalan perlahan ke hadapan Zia dan Aruni sembari tersenyum kecil. Sedikit meremehkan.
"Ternyata Kembaran Kak Aruni lebih cantik dari papa kakak. Lebih modis, lebih anggun, Lebih Pintar juga pasti." Katanya sarkas.
"Lalu apa masalahnya?" Tanya Aruni sedikit heran.
"Pantas selama ini kakak tidak pernah bilang kalau kakak punya kembaran, takut kalah saing sih" cibirnya seraya bersendekap dada.
"Apa urusannya dengan kamu? Kenapa juga saya mesti bilang sama kamu, kamu siapa?" Aruni masih merasa terheran-heran melihat sikap Adik kelasnya ini.
Anum tersenyum miring "kakak jelas takut kalau semua Junior kakak tau kalau kakak punya kembaran yang jauh lebih Wow dari pada kakak."
"Semua orang tahu kalau Aruna adalah kakakku. Kenapa saya mesti takut" ujar Aruni lalu hendak kembali berjalan, namun suara Aruna menghentikan langkahnya.
"Lalu kenapa kalau kami ternyata Kembar, lalu aku lebih Cantik, Lebih Modis, lebih anggun dari adik-adikku? Apa urusanmu?"
Anum menoleh kebelakang dan mendapati Eza dan Aruna berjalan bersama. Zia tersenyum penuh kemenangan, sementara Aruni diam-diam mengulum senyumnya melihat Aruna dan Eza disana.
![](https://img.wattpad.com/cover/212102972-288-k619014.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Keputusan Takdir
Teen FictionBerbekal Nama Belakang kakeknya, Mereka berdua di kenal Banyak Orang. Pengaruh papanya di Negara ini juga sangat penting untuk membuat mereka tenar, baik di dunia nyata maupun di dunia Maya. Kembar Identik, yang jika di perhatikan sekilas nampak tid...