Sebuah Kenyataan (2)

29 1 0
                                    

Aruna : Za, jangan Telpon Dulu yah. Aku lagi di jalan mau ke rumah sakit

Eza : maaf Aruna, aku tidak bermaksud mengganggumu. Aku hanya ingin memastikan kamu sudah sampai rumah atau belum.

Aruna: aku di jalan, mau ke rumah sakit. sebenarnya tadi sudah sampai di rumah, tapi karena Aruni sakit, makanya langsung di bawa ke sini. Maaf yah, aku tidak bisa angkat telpon dulu sekarang.

Eza: jangan minta maaf Aruna, Aku yang salah. Aku yang tidak tahu kalau kamu sedang sibuk.

Aruna: 😊

Eza: kamu di RS mana?

Aruna: RS Maryam citra medica

Eza: aku ke sana yah

Aruna: ngapain? jangan Za. Gak perlu.

Eza: aku khawatir.

Aruna: bukan aku yang sakit

Eza: tapi kamu pasti resah, makanya aku khawatir.

Aruna: Za 😚😚

Eza: Gak papa, aku akan senang kalau bisa bikin kamu sedikit tenang.

Aruna: aku gak tahu apa maksud kamu, tapi yang jelas aku berterima kasih karena kamu secara tidak langsung sudah bikin aku sedikit tenang.

Eza: Jadi sekarang Boleh Minta Nomor Wa?
😋

Aruna: 🤣🤣🤣 boleh +6282345678910

Eza: Terima Kasih 😘

Aruna menghelah Napas, sedikit ada hiburan untuknya yang sedang Gundah. Aruna tidak tahu kapan terakhir ia melihat Aruni kesakitan, yang jelas penyakit yang di derita adiknya bukanlah penyakit biasa. Mereka banyak mengorbankan perasaan, waktu, tenaga dan Biaya yang besar.

Dulu pernah dilakukan proses transfusi Darah besar yang di ambil darinya dan di berikan pada Aruni, tapi Aruna yang masih SMP belum mengerti apa maksud dari semuanya. Sampai suatu waktu ia sadar ketika Adiknya di bawa Ke Ruang HD, ruangan yang sangat mengerikan baginya, tetapi adiknya tetap harus berada di dalam sana.

Aruna tidak pernah keberatan Jika harus berbagi kasih sayang, Aruna juga tidak pernah Keberatan Jika seluruh apapun yang ada di tubuhnya di bagi dengan adiknya, asal Ia bisa melihat senyum manis Aruni lagi dan membuat mamanya Tetap tenang dan tidak membentaknya. Karena Aruna siap menukarkan apa saja Untuk membuat mamanya tetap Bisa Tersenyum dan Bahagia.

Lalu Ponselnya Kembali bergetar, bukan Lagi pesan Line, melainkan sebuah Pesan Chat WhatsApp dari Nomor yang tidak di Kenal. Aruna tahu siapa pelakunya, karena Eza menyisakan Inisial di chat pertamanya di WhatsApp.

Aruna: aku sudah sampai di rumah sakit. Nanti ku chat lagi yah. Aku harus bantu Aruni dulu.

Setelah pesan terkirim, Zia sudah berhasil memarkirkan Mobilnya di depan UGD rumah sakit Maryam citra medica. Ia segera Turun dan meminta Bantuan dari Dokter jaga di UGD.

"Dokter Tolong adik saya"

"Aruna?" Sapa salah seorang dokter Jaga yang kebetulan sedang melintas di koridor utama.

"Iya, Aruni sedang Sakit"

Beberapa orang suster datang membawa Brangkar sementara Aruna membantu Kakek turun dari mobil. Kakek terlihat tidak baik-baik saja sekarang. Wajahnya nampak Kuyu dan terlihat hilang semangat.

"Kek, Aruni akan baik-baik saja. Kakek tahu kan kalau cucu-cucu kakek itu kuat?"

Ali, kakek Gantengnya tersenyum simpul lalu mengikuti langkah kaki Aruna, menyusul Brangkar yang di dorong para suster.

Keputusan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang