18. Kita Kadang Bertengkar I

1.2K 327 59
                                    

Kelompok Mark mendapat tambahan 2 pistol, namun tak ada yang berpendapat itu layak dirayakan.

Haechan bilang, pistol pria berjanggut adalah jenis Browning Hi-Power yang memiliki jarak tembak efektif sejauh 50 meter. Tanpa perdebatan一lagipula tidak ada yang punya tenaga untuk berdebat一mereka sepakat orang selanjutnya yang cocok mengantongi benda itu adalah Jeno.

Jadi pada pewaris barunya, Haechan menerangkan, "Ini pistol bagus. Tua. Dulu pernah di pakai di perang dunia ke-2. Kapasitas magasinnya lumayan; 13 butir."

Jeno mengernyit. Berkebalikan dengan Haechan yang menyebutkan deretan kelebihan itu dengan bangga, Mark bisa melihat dia tergganggu dengan fakta bahwa pistolnya merupakan senjata yang populer di masa perang, tapi dia sadar di situasi ini dia tidak bisa pilih-pilih. "Ini semi-otomatis juga?"

Haechan mengangguk. "Kamu punya 1 magasin cadangan一hati-hati."

Sedangkan untuk pistol yang dipakai Jisung, Haechan kesulitan mengidentifikasinya. "Ini pasti pistol baru." Dia hanya mengetahui namanya lewat ukiran di larasnya. "G2 Combat. Pindad. Berarti ini produksi Indonesia."

Hanya saja untuk secara resmi berkenalan dengan pistol itu sendiri bukanlah perkara sukar. Haechan hanya tinggal membolak-baliknya untuk mengerti cara kerjanya. "Isinya penuh walaupun nggak ada magasin cadangan. Hm, kaliber 9 mm. Oke, Grace, slide lock-nya ada di samping一"

Grace menggeleng. "Kasih itu ke Jisung."

Tanpa mendongak dari pemeriksaannya, atau mengerti itu adalah salah 1 bentuk perhatian Grace pada adiknya, Haechan bergumam, "Si maknae belum pantes pegang pistol."

"Tapi yang pertama nemu pistol itu dia. Itu peraturannya kan?"

"Aku nggak peduli."

Jaemin yang sejak tadi mendengarkan dalam diam menghentikan mobil beberapa blok dari rumah pertama yang gagal mereka tempati. Calon rumah kedua mereka lebih besar, terletak di lingkungan menengah ke atas yang masih berada di wilayah Uinam. Dia memberi isyarat pada Renjun. "Kali ini biar aku sama Renjun yang meriksa, biar nggak ada masalah lagi."

Sindiran seterang cahaya mercusuar di kalimatnya membuat Haechan menengadah, tapi dia terlambat membalas karena baik Renjun atau Jaemin sudah terlanjur menghilang.

Jeno tersenyum meminta maaf. "Dia pasti masih kesel soal yang tadi. Jangan diladeni. Kalian harus belajar akrab karena sekarang kita 1 tim."

Pada pemuda itu, Haechan memang bersikap lebih lunak, tapi ia tidak serta-merta bersedia mengalah. "Tergantung sikapnya."

Nyaris 10 menit kemudian, mereka yang bertugas memeriksa rumah keluar lagi dan memberi tanda aman. Jeno memarkir mobil lebih dekat, dan semua orang turun.

Entah karena efek peristiwa tadi atau hanya kelelahan, Renjun tidak seaktif pagi ini, yang mendorong Mark untuk bertanya, "Kamu nggak apa-apa?"

Renjun mengusap hidungnya. "Aku selalu pusing kalau kena air hujan."

"Cepet mandi. Ganti baju."

Pemuda asal China itu nyengir. "Siap, leadernim."

Mustahil untuk tidak menyukai orang seperti dia. Caranya tersenyum, sikap cerianya, energinya.

Grace sebagai satu-satunya perempuan memperoleh kamar pribadi. Dia memilih ruangan yang dilengkapi kamar mandi di dalam dan lemari yang kebetulan berisi tumpukan pakaian perempuan. Yang laki-laki lebih simpel; semuanya asal masuk ke kamar yang tersisa. Yang ada di pikiran; yang penting bisa segera berganti pakaian dengan yang lebih hangat.

Mark sekamar dengan Jisung, tepat di sebelah kamar trio Norenmin. Tapi karena kamar mandi di rumah itu hanya ada 2, mereka harus mengantre dan menunggu Haechan selesai dengan gilirannya.

What Makes Us Human ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang