57. Kita Menghadapi Kejutan

636 153 64
                                    

Lee Haechan terombang-ambing dalam kebingungan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lee Haechan terombang-ambing dalam kebingungan.

Mungkin karena lapar, mungkin karena tekanan rasa sakit yang luar biasa, atau mungkin kombinasi dari keduanya, rasanya seperti ada lubang-lubang di lemari arsip kenangan Haechan. Lubang-lubang ini menganga, tak selebar samudera namun menegaskan bahwa terdapat sesuatu yang hilang. Sesuatu yang esensial, harus dia ingat. Masalahnya, sulit menyelam ke danau yang permukaannya tertutup es tebal.

Sesaat setelah ia dan Grace kabur dengan Ducati, apa yang terjadi?

Bukankah waktu itu mereka menghujani Aru dengan peluru? Si maknae bersama Mark Lee, dan berdasarkan logika seharusnya mereka bisa lolos karena Aru sukses dipancing menjauh.

Lalu ... Apa?

Haechan tidak ingat. Benar-benar tidak ingat. Hanya ada 1 kilasan-kilasan samar, kelebatan yang tidak jelas. Tidak cukup dijadikan sebagai landasan menyusun kesimpulan lengkap.

Park Jisung meninggal, benarkah?

"Dia bohong, Grace." Haechan kembali mengatakan kalimat yang sama, dengan keyakinan yang terus berkurang. "Jangan dengerin dia. Adikmu pasti baik-baik aja di suatu tempat."

Aru menaikkan kedua alisnya. "Aku nggak akan seyakin itu kalau jadi kamu."

"Meninggal?" Grace terpaku tak bergerak ibarat narapidana yang hukuman matinya sudah ditetapkan. "Jisung meninggal?"

"Grace." Haechan mendesis pada Rim yang menghalanginya. Meski harus merangkak lagi, ia ingin menarik gadis itu dari neraka mana pun tempatnya sedang berkubang. Tak ubahnya Grace yang menolongnya di saat dirinya paling membutuhkan. "Dengerin aku一"

"Jangan, dengerin aku." Dengan jari-jarinya Aru memaksa perhatian Grace terpusat padanya. "Dia nggak tahu apa-apa."

"Aku tahu semua kata-katanya tentang si maknae itu dusta!"

Yuma menutup mulutnya dan tergelak. Caranya tertawa bahkan lebih aneh dari kekasihnya一gabungan bunyi orang yang tersedak dan cegukan. Keduanya saling melengkapi, pasangan yang sama-sama destruktif. "Apa? Dan cewek itu harus dengerin kamu yang nggak mampu ngelindungi dia?"

Haechan menatapnya seolah mampu menembak dahinya. Gagasan memukul wanita tak pernah terbersit di benaknya hingga sekarang. Dia ingin menyerah pada gejolak amarahnya, melampiaskan rasa frustrasinya secara membabi-buta. Dia ingin mereka menyesal. Namun kakinya tidak berdaya, dan lidahnya tak bisa mengucap balasan sebab Yuma benar. Karena dialah Grace di sini, remuk redam perlahan-lahan. Haechan memang gagal.

"Kamu pikir cuma kamu yang kenalan sama tongkat bisbol Dong Ryul?" Aru tersenyum manis, senyum yang menandakan ia tahu hanya ada sedikit hal yang lebih berarti bagi laki-laki selain harga diri. "Grace juga. Jadi kenyataannya, kalian kompak nggak tahu apa-apa. Mungkin aja kan di mobilku ada penumpang tambahan? Mungkin aku naruh bocah itu bagasi dan nembak orang yang kalian panggil Mark Lee."

What Makes Us Human ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang