Mayat itu terbujur kaku dengan kondisi yang ... Jung Sungchan tidak yakin kata 'mengenaskan' saja cukup menggambarkannya.
Paling tidak usianya 2 hari, karena sudah menunjukkan tanda-tanda pembengkakan. Darah memercik dari lubang di dahinya seperti kipas. Matanya hampa, nyaris putih seluruhnya tertutup kabut kematian. Jeritan tanpa suara mengalir dari rahangnya yang terbuka, sementara lalat-lalat mengerubungi dan memangsanya secuil demi secuil. Dia adalah一pernah jadi一seorang polisi. Lencana perak menyembul dari saku seragam yang dia pakai saat menembak kepalanya sendiri dengan pistol dinas.
Satu lagi bukti bahwa uang dan jabatan tidak akan menyelamatkanmu一tidak di masa sekarang. Kalau nyalimu tidak cukup besar, kalau otakmu tidak cukup pintar, maka namamu akan tinggal kenangan.
Tekad dan kepintaran, apa benar itu saja yang dibutuhkan?
Sungchan masih merenungkannya ketika menangkap gerakan di belakangnya dan Grace muncul, bersimbah keringat. "Sungchan, apa yang kamu dapet?"
"Bukan apa-apa一"
Grace terlanjur melihatnya.
Menjadikan akhir hidup seseorang sebagai tontonan bukanlah perbuatan yang pantas. Namun Sungchan tak bisa menyamarkan kengerian di hadapannya. Pertunjukan ini tidak dilengkapi tirai atau sensor buram, dan yang ditayangkan hanyalah realita dalam kemasan apa adanya.
Bola mata Grace membulat. Pemandangan itu menyita perhatiannya. "Astaga, itu..."
"Ya, bunuh diri. Mungkin karena一"
"Pistolnya!" Grace mendorong Sungchan ke samping. Saat Sungchan menduga dia akan menangis dan mundur ketakutan, dia justru memungut senjata celaka pencabut nyawa yang terlepas dari tangan pemiliknya. Tidak ada rasa takut atau jijik. Kalaupun ada, dia menepis semua itu dengan menyeka pistol menggunakan mantel si polisi yang tergantung di sandaran kursi. "Glock. Lagi. Tapi lebih baik daripada nggak ada sama sekali."
"Glock?" Sungchan terheran-heran. Reaksi si partner kejahatannya di luar perkiraannya.
"Iya, Glock. Ini pistol terkenal di kalangan polisi. Ringan dan efisien, ditambah一"
"Aku tahu apa itu Glock."
"Oh, kalau gitu kenapa masih nanya?"
Secara lisan, Sungchan tidak menjawab. Udara pengap di gudang barangkali menyumbat otaknya dan dia lupa, siapapun yang hidup sejauh ini, baik perempuan atau laki-laki, pastilah memiliki mental sekuat baja.
"Ayo pergi," ujar Grace. "Aku udah periksa ruangan lain, dan cuma nemu butterfly knife di kantong bukti."
"Butterfly knife?"
"Ini." Grace mengacungkan sebilah pisau unik yang gagangnya terbelah dua, saling merapat, dan bisa dibengkokkan berlawanan arah, sehingga saat gagang ganda itu ditutup, mata pisaunya akan tersembunyi dengan sempurna. "Ini butterfly knife, asalnya dari Filipina, yang juga asal keluargaku dari pihak ibu."
KAMU SEDANG MEMBACA
What Makes Us Human ✔️
FanfictionJika hidup di tengah-tengah monster, unsur apa yang menjadikan kita manusia? Ketika sebuah pandemi mengguncang dunia, ekonomi banyak negara lumpuh dan masyarakat kalang kabut, sehingga saat ada yang mengklaim memiliki vaksin, mereka tidak berpikir p...