Ikatan antara kakak-adik adalah salah satu ikatan rumit一kalau bukan yang paling rumit一yang bisa diharapkan dari manusia.
Tidakkah menakjubkan rasanya, saat orang tuamu pulang dari rumah sakit membawa buntalan selimut berisi bayi yang mereka beri julukan 'adikmu'? Betapa manis bayi itu; kakinya yang seukuran tangkai bunga, pipinya yang kemerahan, senyumnya. Dia adalah teman baru yang kelak akan membutuhkan tuntunanmu untuk belajar berjalan dan bertahan di dunia luar yang keras.
Tapi lalu dia dewasa. Dalam kurun waktu yang bagai beberapa kali kedipan mata, dia tumbuh menjadi pesaing beratmu dalam hal unjuk prestasi dan merebut kasih sayang orang tua. Lama-kelamaan kamu tidak menyukainya sebesar dulu. Kamu menyebut dia pengganggu. Terutama karena dia unggul di bidang yang bagimu justru adalah kekurangan. Bagian terburuknya, kamu membayangkan dia tak pernah ada meski kamu tahu itu bukan salahnya.
Jadi sebelum kekasih, rekan kerja, atau sahabat, Lee Haechan pikir saudara adalah orang pertama yang mengajari kita bahwa kita bisa membenci dan mencintai orang yang sama.
"Haechan?"
Inilah yang ada di benak Haechan, saat ia mengecek sumber keributan yang tadi menggemakan 3 tembakan. Melalui telescopic sight, atau scope saja pendeknya, ia bisa mengamati mereka seraya menjaga jarak. Scope adalah alat yang dirancang untuk memata-matai, menembus ke depan, jauh, jauh, dari yang sanggup dilakukan mata normal. Kejutan, separuh dari orang-orang yang terekam lensa scope adalah kelompok lamanya. Atau barangkali ia tak perlu terkejut. Pada titik ini, Haechan curiga terlibat masalah merupakan bakat terpendam Mark Lee.
"Haechan, apa yang kamu lihat?" Grace mengulang pertanyaannya, berdiri setenang singa betina yang kenyang. Atas inisiatif Grace-lah mereka kemari, tapi dia tidak tahu apa-apa. Dia belum tahu. Senjata mereka yang dilengkapi scope hanya ada 1.
"Itu..." Haechan bimbang.
Tentu lebih mudah bila ia berdusta, mengarang-ngarang cerita tentang 2 kelompok tak dikenal yang bertengkar. Grace akan percaya一Grace tak punya alasan untuk tidak percaya. Mereka bisa pulang, menyeduh kopi, dan melupakan segalanya. Selesai. Lagipula apa pedulinya pada mantan anggota kelompoknya? Dia sudah mengambil jalan yang berbeda.
Masalahnya itu tidak terasa benar.
"Ada apa sih?"
Benang pemikiran Haechan memanjang ke Yomi, Raon一adik-adiknya tersayang. Jika sesuatu terjadi pada mereka, ia pasti ingin mengetahuinya dan membenci siapapun yang sengaja menyembunyikan informasi itu. Hal yang sama berlaku bagi Grace. Dia berhak tahu kondisi Jisung, terlepas dari seberapa besar kadar timbangan sayang dan bencinya pada si adik.
"Sini." Grace menagih giliran. "Aku mau lihat juga."
Keparat! Haechan menyerah, dan menyerahkan M16 padanya. Dia menyaksikan Grace mengatur letak scope. Grace berkedip. Berkedip. Tak berapa lama, bibirnya terbuka. Wajahnya berubah pias. Darah surut ke kakinya dan menjadikannya pucat. "Nggak mungkin. Itu..."
KAMU SEDANG MEMBACA
What Makes Us Human ✔️
FanfictionJika hidup di tengah-tengah monster, unsur apa yang menjadikan kita manusia? Ketika sebuah pandemi mengguncang dunia, ekonomi banyak negara lumpuh dan masyarakat kalang kabut, sehingga saat ada yang mengklaim memiliki vaksin, mereka tidak berpikir p...