"Letnan Lee, tidak ada shelter di Bundang."
Sang Letnan masih ingat siang ketika dia dan Seulgi berdiri berdua一bertiga, kalau Malrie dihitung一di jalanan yang sama tempat Hong Namgyu meregang nyawa. Dia ingat panasnya matahari di atas kepala mereka, yang membuat bayangan keduanya tampak lebih panjang. Dia ingat baunya; campuran bubuk mesiu, darah yang menyengat, dan kematian. Dia mengingat semuanya. "Tidak ada?"
"Tidak lagi."
Sang Letnan mendengarkan. Dia belajar dari pengalaman bahwa keheningan mampu mengungkap lebih banyak hal dari yang bisa dilakukan bentakan atau desakan.
Seulgi memilin ujung kemejanya. "Saya pernah ke sana. Saya membaca pengumumannya juga. Mereka bilang, Bundang adalah sebuah solusi, sebuah jalan keluar. Tapi tempat itu sudah berubah. Saya bahkan hampir tidak bisa lolos karena ban mobil Audi saya tertusuk paku."
"Paku?"
"Benar. Jadi saya meninggalkannya di dekat shelter itu. Ada banyak paku yang tersebar di situ yang mungkin dimaksudkan sebagai perlindungan. Selain paku, sepenglihatan saya tidak ada manusia hidup."
"Seburuk itu." Sang Letnan mempertimbangkan, setengah ragu dan setengah dipengaruhi firasat yang mengirimkan sinyal bahwa wanita di depannya ini tidak berdusta. Dia tidak percaya firasat. Letnan Lee Taeyong percaya pada kerja keras yang tidak akan mengkhianati hasil, pada penghitungan matematika, dan pada keunggulan AR-15 dibanding AK-47 yang lebih kuno. Intinya, Sang Letnan mempercayai logika. Namun, logika juga memberitahunya, apa gunanya tergesa-gesa mengecek Bundang ketika ada hal lain yang mesti dibereskan?
Sang Letnan menatap Seulgi dan mengangguk. "Mari ikut saya."
Dengan itu, percakapan singkat tentang Bundang terputus. Rencana semula kembali dirajut. Masih ada dua gadis yang harus diselamatkan dan gadis-gadis itu tidak akan selamat bila mereka terus bercakap-cakap.
Satu lirikan terakhir ke arah Namgyu dan Sang Letnan membuka pintu pick up yang dikendarai Doyoung, mengeluarkan koper senjata yang asli dari sana. Diambilnya magasin khusus Revolver Smith and Wesson dan menyerahkannya pada Yuta. Koper itu lantas berpindah tangan pada Taeil, sebelum Sang Letnan, Seulgi, dan Yuta sendiri berangkat ke klinik.
Satu hari dari sekarang, dalam motel berdebu, Sang Letnan akan membongkar koper yang sama dan menemukan beberapa lembar foto yang pernah dilihatnya dan tidak sengaja terbawa oleh Doyoung. Karena dianggap tak berguna, dia lantas membuangnya, tetapi Lee Raon, bocah 7 tahun adik Yomi itu, memungut dan mengenalinya. "Seragam mereka sama kayak punya Hyung-ie!" Lalu dia serta Yomi mulai bercerita mengenai kakak mereka.
Namun saat itu, Sang Letnan fokus pada misinya. Ini ibarat kamu hendak melintasi ladang ranjau一pandanglah ke depan, bukannya ke bawah. Itulah cara yang selama ini dipakainya agar bisa bertahan, hari demi hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
What Makes Us Human ✔️
FanficJika hidup di tengah-tengah monster, unsur apa yang menjadikan kita manusia? Ketika sebuah pandemi mengguncang dunia, ekonomi banyak negara lumpuh dan masyarakat kalang kabut, sehingga saat ada yang mengklaim memiliki vaksin, mereka tidak berpikir p...