Dalam 10 menit, mereka akan berangkat ke Bundang.
Dua puluh tujuh orang, termasuk dirinya, adalah jumlah yang besar, dan mendampingi rombongan dengan mayoritas orang-orang tanpa kemampuan menembak ini berpindah kota bukanlah tugas yang mudah. Sejujurnya, ketika dia mengambil keputusan untuk terbang dari sarang, Sang Letnan tahu dia sedang berjudi dengan takdir. Ini seperti poker; kau menyeimbangkan taruhan, mengatur emosi, dan terkadang menggantungkan asa pada keberuntungan.
Untuk kali terakhir, Sang Letnan mengecek senjatanya. Selain Sig Sauer, dia juga kembali melengkapi dirinya dengan HK416, sebilah pisau LHR Combat, dan sebutir granat M26. Terdengar agak berlebihan. Namun segala bentuk kewaspadaan ini membuatnya lebih tenang.
"Malrie, ayo."
Beberapa siulan pendek dan Malrie bangun mengikuti tuannya. Belakangan ini, setelah beberapa hari berhadapan dengan warga sipil yang seringkali memilih membahayakan nyawa mereka ketimbang menaati peraturan, Sang Letnan mengira lambat laun dia akan terbiasa. Yang terjadi, sebaliknya, alisnya tetap berkerut saat dia menginjakkan kaki di halaman dan langsung disambut keonaran.
"Praka Kim?" Suara tegasnya dengan efektif membelah kerumunan yang berkumpul di depan satu dari dua rantis yang mereka punya. Kim Jungwoo terjebak di tengah-tengah. Rantis itu lebih mirip SUV, berlapis baja, berkapasitas empat penumpang, dan hingga saat ini, merupakan kendaraan yang paling terjamin keamanannya.
Kelegaan tercermin di wajah Jungwoo. "Letnan, saya sudah bilang一"
Hong Namgyu, duri dalam daging, memotong, "Kenapa saya tidak boleh masuk ke rantis?"
"Karena itu peraturannya."
"Peraturan apa?" Namgyu menantang.
Sang Letnan menegakkan tubuhnya. "Di perjalanan kali ini, cuma wanita dan anak-anak yang akan naik rantis. Lebih baik begitu."
Pria lain, sekutu Namgyu, tidak terima. "Lebih baik buat siapa? Kaca mobil biasa bisa pecah sama orang-orang terinfeksi di luar sana, tapi Anda memberi perlindungan buat kalangan tertentu saja?"
"Ya." Ekspresi Sang Letnan datar. "Memang itu rencana saya."
Namgyu maju dua langkah, terang-terangan memberontak. "Anda ini keterlaluan, Anda tahu? Seenaknya memutuskan perkara ini tanpa diskusi lebih dulu. Apa menurut Anda nyawa laki-laki tidak penting? Kalau Anda mau adil, seenggaknya bagikan beberapa pistol secara merata!"
"Sudah. Saya memberi pistol ke Winwin, Yuta, dan一"
"Saya menuntut hak yang sama!"
Sudut bibir Sang Letnan terangkat sedikit. "Pak Hong, Anda belum layak. Memberi pistol pada Anda tidak berbeda dengan berlari sambil membawa gunting*. Anda sendiri kan yang menyepelekan pelajaran dari Serda Kim?"
Doyoung, yang pangkatnya disebut, duduk di kap mesin Hyundai dan menyeringai.
Habis sudah kesabaran Namgyu. "Itu karena Serda Kim一"
KAMU SEDANG MEMBACA
What Makes Us Human ✔️
FanficJika hidup di tengah-tengah monster, unsur apa yang menjadikan kita manusia? Ketika sebuah pandemi mengguncang dunia, ekonomi banyak negara lumpuh dan masyarakat kalang kabut, sehingga saat ada yang mengklaim memiliki vaksin, mereka tidak berpikir p...