04 - 6: Kesaksian Palsu yang Terbodoh

251 15 1
                                    

Di tepi danau, Bonghwan malah bermain ayatori dengan Hong Yeon, menggunakan benang sutra yang Dayang Choi persembahkan tadi padanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di tepi danau, Bonghwan malah bermain ayatori dengan Hong Yeon, menggunakan benang sutra yang Dayang Choi persembahkan tadi padanya. Saking hebohnya mereka bermain, benang tersebut sampai putus berulang kali.

“Ah, benang berharga itu,” Dayang Choi amat menyayangkan.

“Buat apa berharga, kalau gampang putus? Ada yang lain tidak, ya?” Bonghwan mencari-cari di wadah benangnya, dan malah menemukan sebuah sapu tangan merah yang bertuliskan, “Kau boleh ambil cangkangku.” Bonghwan membaca.

“Apa ini?” tanyanya, bingung.

“Kalimat itu sering Anda buat saat menyulam. Kalau saya, buta aksara, tidak paham apa maknanya, tapi tentu itu adalah untaian puisi yang indah.” Hong Yeon yakin sekali.

“Saya belum pernah melihatnya,” pikir Dayang Choi, jujur.

“Anehnya, Anda selalu mengganti kain tiap kali Dayang Choi datang,” tambah Hong Yeon, lantas menebak kalimat tadi sebagai surat cinta atau semacamnya.

Bonghwan berpikir, dan mungkin ini adalah surat wasiat. Dia pun bertanya, “Jadi, kalau mengikuti keteranganmu, aku menyulam kata-kata ini sebelum jatuh ke danau, kan?”

“Ya.” Hong Yeon mengiyakan dan Dayang Choi ikut berpikir.

“Apa aku juga, begitu, mm, jadi susah tidur dan gak nafsu makan?”

“Ya. Anda juga sering sekali mengeluh.”

“Wajahku juga murung terus?”

“Kadang, Anda juga menangis, entah kenapa.”

Keterangan-keterangan yang disebutkan itu membuat Dayang Choi cemas.

“Yang Mulia, ingatan Anda sudah kembali ya?” tukas Hong Yeon, semangat sekali, dan Dayang Choi juga jadi berharap, tapi—

“Tidak, belum,” jawab Bonghwan, serius berpikir, dan, “Mungkinkah aku juga membagikan barang sama semua orang, tanpa jelas alasannya apa?”

Lantas Hong Yeon mengeluarkan sebuah tusuk rambut kecil dari saku lengannya. Katanya, “Ini Anda berikan pada saya, padahal Anda SANGAT menyukai tusuk rambut ini. Kalau untuk Dayang Choi, Anda memberikan cincin.”

Dayang Choi menunjukkan itu pada ratunya, dengan mata bergelinang cemas.

Jo Hwajin salah. Kim Soyong melompat ke danau bukan untuk menjebaknya. Tapi dia bunuh diri. Bonghwan menyimpulkan seperti itu.

 Bonghwan menyimpulkan seperti itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MR. QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang