Cheoljong mengambil dupa, membakarnya, dan menancapkannya ke wadah dupa di tengah pelataran. Dia memanjatkan doanya dengan menitikan air mata, lantas dupa tadi telah sampai pada ujungnya, melintir terbakar dan jatuh, dan menularkan ‘merah’ ke seisi wadah dupa sehingga—BHLUAR! Raja terlempar dan jatuh dari altar karena ledakan yang hebat.
Betapa kaget semua orang hingga merunduk dan meringkuk, terutama Cheoljong sendiri yang ‘merasakan’ ledakan itu langsung. Seketika, telinganya mendenging dan penglihatannya kabur. Samar-samar dia melihat Kasim Kepala meringis, Pangeran Yeongpyeong khawatir, dan Ratu. Ratu, pergilah dari sini. Cheoljong mencemaskannya hingga—“YANG MULIA!” Kasim Kepala berseru, pun dengan Pangeran Yeongpyeong yang bersama-sama berlari menuju raja mereka yang rubuh tak berdaya.
Melihat itu, Bonghwan tak bisa diam saja. Dia juga berlari menuju rajanya dengan cemas, tapi—“Bahaya, Yang Mulia. Boleh jadi akan ada ledakan susulan.” Kim Byeongin mencegahnya mendekat, tapi Bonghwan begitu khawatir akan keadaan Cheoljong yang—
Hwajin pun tak berbeda. Dia sangat ingin membantu Cheoljong, tapi Ibu Suri dan dayang-dayangnya menahan agar dia tak mendekat juga.
Cheoljong amat lemah tak berdaya, dengan darah di pipi dan mulut dan tingkat kesadaran yang terus menurun. Kasim Kepala meronta-ronta menyadarkan rajanya, dan Pangeran Yeongpyeong memperketat penjagaan.Ibu Suri Agung sungguh ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi, sembari menghardik pada Kim Jwageun, tapi Dayang Cheon segera menjauhkan tuannya itu dari tempat kejadian. Kim Jwageun tampak puas, Kim Changhyuk ‘menunggu’ reaksi Kim Jwageun, dan anggota Keluarga Ansong Kim lainnya tampak kebingungan. Lantas, Kim Jwageun mengikuti Ibu Suri Agung meninggalkan tempat kejadian ini.
Para selir sungguh tidak mengerti apa yang telah terjadi, sementara Bonghwan … melihat rajanya menutup mata dengan banyak luka, “Tidak. AKU HARUS MENOLONGNYA!”
“Yang Mulia!”
“Jangan turut campur!” Tuanku Kim Mungeun pun menyeret putrinya itu menjauh dari tempat kejadian, menjadi pusat perhatian lainnya selain ‘keadaan Raja Cheoljong’.
“Tapi dia adalah—”
“KAU TIDAK DENGAR PERKATAANKU?!” Tuanku membentak, tidak biasanya. Dia menahan putrinya itu kuat-kuat agar tak kembali mendekat ke Raja Cheoljong dan berkata, “Akan kujelaskan semuanya nanti, sekarang selamatkanlah dirimu terlebih dahulu.”
Bonghwan mengernyit jijik.
“Di sini berbahaya. Lekas antar Yang Mulia Ratu ke Balai Daejo!” Tuanku memerintah kepada Hong Yeon dan Dayang Choi, tapi—Bonghwan enggan mengikuti perintahnya dan tetap ingin menyelamatkan Yang Mulia Raja.
“Tidak, Yang Mulia. Jangan.” Dayang Choi dan Hong Yeon berusaha mengamankan ratunya.
“Lepas. Lepas. LEPAS!” Bonghwan meronta-ronta menuju Raja yang berada dalam pesakitan, dan dia tak mampu melakukan apa pun selain hanya terseret … menjauh darinya.
Hari esok adalah berkah yang sangat luar biasa bagi setiap kita, tapi tak satu pun dari kita menyadari betapa besar berkah tersebut hingga hari esok itu tiada, karena setiap kita terlalu bodoh dan buta akan betapa berharga segala sesuatu sampai kita kehilangannya. Dan, itulah yang Bonghwan rasakan saat ini; betapa berarti Cheoljong baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MR. QUEEN
FanfictionNovelisasi dari drama Korea yang berjudul 찰인왕후 yang merupakan adaptasi pula dari web drama Cina yang berjudul 'Go Princess Go'. Drama ini mengisahkan tentang Jang Bonghwan, seorang chef pria berbakat yang bekerja di Blue House, tiba-tiba mengalami...