“Huu! Huu! Aihhi!” Selir Yoon dan Selir Hong sedang bermain Lompat-Jungkit disaksikan Bonghwan, Dayang Choi, Hong Yeon, Selir Min, dan pelayan lainnya. Dikarena telah mengetahui makna mendalam dari permainan Lompat-Jungkit itu berkat penjelasan Hong Yeon, menyaksikan selir-selirnya menikmati permainan tersebut dengan teramat gembira justru membuat Bonghwan merasa perih dan iba.
Lantas, Ibu Suri datang bersama rombongannya juga Selir Agung Jo Hwajin. Permainan dihentikan, dan semuanya memberi salam kepadanya—Ibu Suri.
“Kesehatan menyertai Anda, Yang Mulia Ibu Suri,” ucap Bonghwan dan, “kau juga, Selir Agung, sudah lama kita tak bertemu ya?” tambahnya, dan ketiga selir mengucapkan hal yang sama pada Ibu Suri, tapi tidak kepada Selir Agung.
Hwajin bicara pada Ibu Suri, “Saya akan lantas menuju arena panah; melatih keterampilan memanah di sana. Permisi.”
Ibu Suri tidak mencegah, pun dengan Bonghwan. Hwajin melintasinya begitu saja, dengan dagu yang agak ditinggikan. Perbincangan antara Bonghwan dan Ibu Suri pun dimulai.
Ibu Suri berkata, “Sudah cukup lama kau pulih dari mati suri, tapi rasa-rasanya … semenjak itu kau belum mengunjungiku satu kali pun.”
Oh. Dayang Choi sedikitnya merasa bersalah.
“Begitu kembali, saya segera disibukkan oleh Pemilihan Selir. Mohon kemurahan hati Anda, Yang Mulia.” Bonghwan meminta maaf.
“Kau tampak terlalu sehat untuk seseorang yang pernah hampir mati,” tilai Ibu Suri, sinis, dan Bonghwan menanggapinya dengan, “Aih. Terima kasih banyak, Yang Mulia,” diserta senyum dan tawa formal.
“Tapi tampaknya kau sudah menyerah akan lomba panahan di hari festival. Alih-alih berlatih seperti Selir Agung, kau malah bermain Lompat-Jungkit bersama selir lainnya.” Ibu Suri masih dalam ‘mode sinis’.
Bonghwan menjawab, “Lagi pun, saya pikir, tentu Selir Agung-lah yang akan menjadi pemenang. Jadi, saya memutuskan untuk sekadar ikut serta saja. Meski cukup pandai dalam hunting, tapi, kalau berburu, lain lagi ceritanya.”
H-hunting? Semua orang belum pernah mendengar istilah itu sebelumnya; yang secara harfiah berarti ‘berburu’ tapi dalam praktik dan perkembangannya, entah bagaimana, menjadi istilah untuk semacam ‘menggaet’ lawan jenis.
“Tahukah kau, Ratu,” Ibu Suri bicara lagi, “kiranya mengapa, pada Festival Dano, semua wanita muda penghuni Istana Dalam diharuskan pergi untuk berburu?”
“Mm, entahlah,” Bonghwan sama sekali tidak tahu. Maka, Ibu Suri berbisik, “Hari itu merupakan saat yang tepat untuk mengusir roh-roh jahat. Sebagai ganti darah yang masih suci untuk mengusir mereka, kita menggunakan DARAH hewan buruan. HOIH.”
“Auh. Uh,” Bonghwan mengerjap kaget, karena Ibu Suri meniupkan ‘bisikan setan’ kepadanya, lantas sedikit menertawakan reaksi Bonghwan ini dan pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
MR. QUEEN
FanfictionNovelisasi dari drama Korea yang berjudul 찰인왕후 yang merupakan adaptasi pula dari web drama Cina yang berjudul 'Go Princess Go'. Drama ini mengisahkan tentang Jang Bonghwan, seorang chef pria berbakat yang bekerja di Blue House, tiba-tiba mengalami...