09 - 7: Menanamkan Ketakutan

210 16 2
                                    

Seperti biasa, di Balai Seonwon, Ibu Suri selalu memanjatkan doa untuk mendiang Raja Heonjong, putranya. Sebelum tetiba, Dayang Han memberitahunya bahwa Ibu Suri Agung memanggilnya menghadap ke Balai Tongmyeong saat itu pula.
Dengan sedikit curiga dicampur penasaran, Ibu Suri pun mematuhi panggilan tersebut. Dia menemui Ibu Suri Agung di Balai Tongmyeong, yang rupanya tengah memilah-milah hadiah dari Tuanku Kim Mungeun entah berdasarkan apa.

 Dia menemui Ibu Suri Agung di Balai Tongmyeong, yang rupanya tengah memilah-milah hadiah dari Tuanku Kim Mungeun entah berdasarkan apa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Anda memanggil saya, Yang Mulia?” ucap Ibu Suri, menghormat.

Lantas Ibu Suri Agung berkata, “Kau sama sekali tidak merasa bersalah, bukan, Ibu Suri, atas kematian Mendiang Raja? Karena itulah kau melakukan segala cara untuk mempersalahkan keluargaku.”

“Yang Mulia,” panggil Ibu Suri, dengan segala hormat, “Anda boleh saja merendahkan saya sesuka hati, tapi mohon hargailah Mendiang Raja.”

“Hmh. Kau mengatasnamakan anakmu lagi,” Ibu Suri Agung sinis, “Tidak cukup dengan hanya tidak merasakan bersalah, kau pun mempersalahkan orang lain. Sungguh tidak tahu diri. Setiap manusia seyogyanya harus mengenal diri, supaya tidak melakukan kesalahan yang sama di kemudian hari.”

“Saya akan … mengingat nasihat Anda.” Ibu Suri tampak sakit hati atas perkataan Ibu Suri Agung.

Ibu Suri Agung merasa cukup puas. Lantas, dia duduk dan, “Aku sangat lelah hari ini, hingga tak sanggup untuk sekadar melepas kaus kaki,” katanya, lalu menjulurkan salah satu kakinya dari rok.

Meski merasa terinjak, Ibu Suri bersabar dan berkata, “Dengan senang hati, saya akan membantu Anda melepasnya,” lantas dia merangkak ke hadapan Ibu Suri Agung serta melepas kaus kakinya, bagai seorang hina yang … Ibu Suri Agung menjulurkan kaki satunya lagi. Tentu saja Ibu Suri harus melepas kaus kaki yang itu juga, tapi—

“Tidak lama lagi akan ada Festival Dano,” Ibu Suri Agung berkata, “Itu adalah batas kesabaranku,” lanjutnya, mengancam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Tidak lama lagi akan ada Festival Dano,” Ibu Suri Agung berkata, “Itu adalah batas kesabaranku,” lanjutnya, mengancam. (Festival Dano, dinamakan pula sebagai surit-nal, merupakan salah satu festival besar yang jatuh pada hari ke-5 bulan ke-5 kalender Imlek di Korea, yang dipercaya sebagai hari berkumpulnya sifat-sifat positif, baik dan maskulin serta aktivitas angkasa sedang mencapai puncaknya. [id.m.wikipedia.org])

MR. QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang