19 - 4: Kabar Angin yang Baik

99 6 0
                                    

"Kau terluka parah?” Kim Jwageun memeriksa keadaan anak buahnya, semata bukan karena khawatir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau terluka parah?” Kim Jwageun memeriksa keadaan anak buahnya, semata bukan karena khawatir. Dia dan Pria Bertopeng, yang jika di istana bertindak sebagai seorang kasim, bertemu di Ruang Pustaka Istana seperti biasanya.

“Tidak, Tuan,” Pria Bertopeng atau Kasim Berluka menjawab dengan menggigil. Lebih dari apa pun, dia memerlukan obat candunya. Dia meminta pada Kim Jwageun dan segera menyesapnya begitu obat di tangan.

Setelah dirasa dirinya sudah lebih baik, Kasim Berluka melaporkan bahwa ketika dirinya dan prajurit lain tengah mencari Ratu, ada sekelompok orang yang datang menyerang. Dari peristiwa inilah suara-suara mengerikan yang Ratu dengar di balik pohon.

“Lantas, kau tahu siapa mereka?” Kim Jwageun menanyakan identitas orang-orang yang menyerang itu, dan menurut Kasim Berluka, “Saya kenal betul salah satunya.”

Saat itu, Pria Bertopeng datang belakangan, sehingga dia tidak terlibat dalam penyerangan. Meski begitu, dia menyaksikan segalanya dari jarak yang cukup dekat untuk mengenali wajah Cheoljong yang berada di balik penutup mukanya. Pria Bertopeng yakin; itulah Cheoljong bersama kelompoknya, Kaum Tani.

“Saya melihat Raja,” sebutnya, tanpa keraguan, dan ini benar-benar menohok Kim Jwageun.

Sementara, selembaran mengenai masih hidupnya Raja Cheoljong tengah disebar di luar istana; oleh Jo Hwajin yang kini sudah bukan selir agung lagi.

Dia pun ditegur oleh dua orang penjaga, “Nanti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia pun ditegur oleh dua orang penjaga, “Nanti. Perihal apa, gerangan, yang membuat Anda berkeliaran sendiri di tengah malam pada masa yang genting ini?”

Hwajin pun mengangkat wajahnya dan, “Aku selir agung yang telah digulingkan, tak dapat menampakkan diri dengan bebas. Aku hanya sedang mencari udara segar selagi tidak ada orang.”

Dengan agak terkejut, Penjaga berkata, “Keadaan sedang tidak aman. Sebaiknya Anda lekas pulang.”

“Aku mengerti. Terimakasih,” ucap Hwajin, tetapi … bukan pulang seperti yang para penjaga nasihatkan, Hwajin justru melanjutkan aksinya menyebarkan selembaran tadi. Dia menempelnya di setiap dinding sudut kota yang biasa ramai. Selembaran itu pun berisikan ….

MR. QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang