Cheoljong pergi meninggalkan kamar Ratu. Dia berbelok ke kanan dan ke kanan, hingga tiba di ruang tidur Tuanku Kim Mungeun. Di sinilah, dia pikir, catatan rahasia itu akan ditemukan. Sementara, Kim Byeongin pun diam-diam memasuki Rumah Utama ini dan telah berada di depan pintu ruang tidur Soyong.
Cheoljong telah sedikit melipat tirai lipat yang menutupi dinding. Dia pun mencari tahu cara untuk ‘membuka’ dinding tersebut; meraba-raba dan KLAK, Cheoljong berhasil membukanya, sementara Kim Byeongin telah sedia bersama pedangnya. Dia siap menyerang siapa pun yang mencurigakan.
Cheoljong telah berhasil membuka dinding itu. Di baliknya ada sebuah lemari besi yang digembok, tapi, pintarnya, Cheoljong telah memiliki pula kunci untuk membukanya. Ketika membuka kunci, gemboknya harus sedikit digoyangkan, dan, karena itu, Kim Byeongin mendengar suaranya dan menjadi lebih waspada. Dia benar-benar siap untuk menebas leher siapa pun jika perlu.
Setelah cukup sulit dibuka dan akhirnya berhasil, Kim Byeongin menarik pedangnya dari sarung dan, “Hi? Hmhm,” Bonghwan berceloteh dalam tidurnya. Dia tertawa-tawa, geli dan genit, dan itu sangat … benar-benar menyakiti hati Kim Byeongin. Dia pun menyarungkan kembali pedangnya, dan pergi. Dia merasa dirinya tak seharusnya berada di sini, di dekat kamar sepasang pengantin baru yang sedang bersenang-senang ini. Padahal, sebenarnya Bonghwan hanya sedang mimpi digelitiki oleh Hong Yeon.
Dirasa situasi telah kembali aman, Cheoljong pun melanjutkan aksinya lagi. Dia lepaskan gemboknya dari pintu, dan dia membuka lemari besi itu. Isinya … setumpuk kertas-kertas yang entah apa dan ada beberapa buku. Tapi di antara buku-buku itu tidak ada yang merupakan catatan rahasia, bagaimanapun Cheoljong mencarinya.
Jika bukan di sini, lantas disembunyikan di mana? batin Cheoljong, dan—Oh, dia ingat air muka Tuanku Kim Mungeun ketika dirinya merubuh di depan sumur siang tadi. Tuanku bukan panik karena kejadian di masa lalu, tapi … di sanalah, pastinya, catatan rahasia itu disembunyikan.
Tanpa pikir panjang lagi, Cheoljong pun pergi ke sumur itu. Dia membuka tutupnya dan … hanya berdiri, menjaga jarak dari mulut sumur, untuk waktu yang cukup lama. Dia tampak ketakutan, meragu, tapi bagaimanapun dia tetap harus mencoba.
Cheoljong pun coba mendekat ke mulut sumur itu, dan … gelap sekali. Sumur ini cukup dalam hingga hanya sedikit bagian saja yang bisa terlihat oleh mata Cheoljong pada dini hari ini. Karenanya, dia pun menjentik sebuah batu api dan melepaskan secarik kertas kecil yang terbakar ke dalam sumur itu. Dan, tahulah Cheoljong bahwa sumur ini kering hingga ke dasarnya.
Cheoljong mengulang lagi siasatnya itu hingga tiga kali, dan … dia menemukan ‘sesuatu’ tampak terselip di antara batu-batu di dinding sumur. Itu dia! Pasti itu dia catatan rahasianya. Cheoljong berkesimpulan, dan dia berniat untuk turun ke sumur untuk mengambilnya, tapi … seseorang datang. Cheoljong buru-buru menutup sumur dan merunduk bersembunyi.
Orang yang datang adalah seorang pelayan. Dengan rajin, dia menyapu pekarangan pada dini hari ini, dan Cheoljong sebisa mungkin harus mencari kesempatan untuk kembali ke kamar Ratu di Rumah Utama.
Seorang pelayan lain melintas, menuju Rumah Utama, membawa beberapa ayam di dalam kandang. Pelayan yang menyapu tadi menegurnya, “Oy! Oy! Tuan Besar melarang siapa pun mendekati Rumah Utama.”
“Kenapa?” tanya Pengurus Ayam.
“Tidak tahu. Mari duduk,” ajak Tukang Sapu, dan dia dan temannya itu pun duduk bersandar ke sumur, membuat Cheoljong agak terjebak di baliknya.
“Sebetulnya aku juga mencemaskan Yang Mulia Ratu hingga tak bisa tidur. Kau ada mendengar sesuatu, tidak?” Tukang Sapu sungguh mencemaskan majikannya itu.
“Oh, kudengar,” kata Pengurus Ayam, bisik-bisik, dan dikuping Cheoljong penasaran, “semalam beliau tidur berjalan, bahkan berlari-lari.”
“Ih, jangan ngawur! Aku jadi pelayan di sini sejak beliau dilahirkan, tapi satu kali pun aku tidak pernah melihatnya bersikap tidak terhormat.”
“Aih. Aku tidak bohong. Sungguh.”
“Mustahil, ah.”
“Tapi memang begitulah yang kudengar.”
“Ah, aku tidak mau dengar lagi.”
Tukang Sapu dan Pengurus Ayam bertengkar. Tukang Sapu melanjutkan tugasnya menyapu pekarangan dan Pengurus Ayam memaksa kawannya itu untuk mendengarkan lebih lanjut tentang Yang Mulia Ratu yang tidur berjalan dan bertingkah aneh semalam. Sementara itu, agar perhatian mereka teralihkan lebih jauh lagi, Raja Cheoljong diam-diam membuka pintu kandang ayam yang ditinggalkan Pengurus Ayam di dekat sumur dan melepaskan ayam-ayam di dalamnya dengan dilempar.
“Eh? Eh? Kenapa mereka bisa lepas? Tangkap! Lekas tangkap!” Pengurus Ayam dan Tukang Sapu pun bertebaran menangkap ayam, dan Raja Cheoljong meloloskan diri dengan sempurna menuju Rumah Utama dengan melompati tembok. Dia juga tiba dengan selamat di kamar Ratu.
Bonghwan masih tertidur pulas.
Sepintas, Cheoljong jadi teringat Pria Bertopeng yang menyusup semalam. Dia memakai seragam Biro Peradilan. Jika begitu, artinya ….Kim Byeongin mabuk-mabukan di kamarnya, di kediaman Kim Jwageun; semalaman, hingga dini hari ini. Dari kecepatan minumnya yang tak henti-henti, mata merah, serta wajah panas, tampaknya kemarahan Kim Byeongin sungguh tak terbendung. Kim Inwoo, sepupunya dari Menteri Perang Kim Changhyuk pun sakit kepala menyaksikannya.
“Aih, sudahlah. Kau bisa mati jika begini terus,” katanya.
“Tidak,” Kim Byeongin tak bisa berhenti, “Aku haus. Semakin dilupa, aku semakin menginginkannya, hingga rasanya aku bisa mati kehausan.”
“Kalau haus, minumlah air, jangan arak,” lantas Kim Inwoo meminta pelayan di luar untuk membawakan air minum. Tetapi, Kim Byeongin sudah rubuh ketika air minum itu Kim Inwoo bawakan untuknya. Setidaknya, sekarang Kim Byeongin sudah berhenti meminum arak.
KAMU SEDANG MEMBACA
MR. QUEEN
FanfictionNovelisasi dari drama Korea yang berjudul 찰인왕후 yang merupakan adaptasi pula dari web drama Cina yang berjudul 'Go Princess Go'. Drama ini mengisahkan tentang Jang Bonghwan, seorang chef pria berbakat yang bekerja di Blue House, tiba-tiba mengalami...