16 - 2: Hama yang Sesungguhnya

181 16 0
                                    

BHUNG.

“Hyea!” dan “HYEA!” Kim Byeongin tengah melatih pasukan perangnya berpedang, dengan diaba-aba sebuah genderang dan seruan dari dirinya sendiri. Lantas, datanglah Kim Hwan berkunjung.

“Hyungnim,” sebutnya, sembari datang, “selepas menjadi Menteri Perang termuda, kini kau tampak jauh lebih tampan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hyungnim,” sebutnya, sembari datang, “selepas menjadi Menteri Perang termuda, kini kau tampak jauh lebih tampan.”

“Itu sajakah?” Kim Byeongin bukan tidak puas.

“Tentu tidak,” BYUR, Kim Hwan menghujani Kim Byeongin dengan ratusan kelopak bunga sakura, hingga beberapa ada yang menyelip di bibirnya. Huh, Kim Byeongin agak terganggu.

Selagi pelatihan terus berlanjut diambil alih oleh prajurit paling kanan, obrolan Kim Hwan dan Kim Byeongin pun berlanjut.

“Omong-omong, Hyungnim,” kata Kim Hwan, “mustahilkah bagi golongan kita untuk bersatu dengan Yang Mulia Raja?” tanyanya.

Kim Byeongin menghardik.

“Beliau istimewa bagi Yang Mulia Ratu, dan tampaknya beliau bukan orang jahat,” pikir Kim Hwan, mengenai Yang Mulia Raja yang sesungguhnya tidak dia kenal.

“Raja tidak tulus mengasihi Ratu,” sebut Kim Byeongin, “dan sering menempatkan Ratu dalam bahaya demi keuntungannya sendiri.”

“Tampaknya beliau tak begitu,” pikir Kim Hwan, ragu.

“Itulah yang paling tidak kusuka darinya,” Kim Byeongin menggebu-gebu, “Dia bersembunyi di balik topeng, ‘berlindung’ pada wanita; menipu banyak orang dengan menyembunyikan jati dirinya. Ratu pun tertipu olehnya, hingga berpaling dari golongan demi Raja. Tapi, Raja malah memanfaatkan kesempatan itu.”

Kim Hwan berpikir, “Tapi, yang saya dengar, Yang Mulia Raja-lah yang jatuh hati kepada Yang Mulia Ratu. Bukankah pembicaraan antar para pelayan adalah sumber berita terbaik perihal kehidupan asmara beliau? Semalam pun, saya dengar, mereka mengobrol panjang-lebar hingga lilin di Balai Huijeong tidak dimatikan sampai pagi,” dan … bangunlah Bonghwan terlebih dahulu, di Balai Huijeong ini, dengan posisi masih tertlungkup di meja bersama Cheoljong yang juga tidak tidur di alas tidurnya.

 Bukankah pembicaraan antar para pelayan adalah sumber berita terbaik perihal kehidupan asmara beliau? Semalam pun, saya dengar, mereka mengobrol panjang-lebar hingga lilin di Balai Huijeong tidak dimatikan sampai pagi,” dan … bangunlah Bonghwan t...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MR. QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang