05 - 5: Cuaca Buruk, Hati pun Sedih

242 19 1
                                    

“Pelayanmu Oh Wol, sungguh beruntung bisa selamat dari kemalangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Pelayanmu Oh Wol, sungguh beruntung bisa selamat dari kemalangan. Dengan ini, kau pun tentu jadi tahu orang-orang macam apa Keluarga Ansong Kim itu.” Ibu Suri terus menghasut Selir Agung.

“Saya tak pernah menyangka mereka akan tega berbuat sekejam itu,” ucap Hwajin, membalas.

“Tidak heran jika kau kaget dan takut. Tetapi, ini baru permulaan. Mereka tak pernah membiarkan buruannya lolos.” Ibu Suri sangat tahu itu, karena pernah mengalaminya sendiri melalui kematian putranya.

Hwajin berkata, “Saya dengar, Mendiang bukan mangkat akibat sakit. Jika demikian ….”

“Mendiang menganggap Keluarga Ansong Kim telah menghancurkan negeri Joseon,” Ibu Suri bercerita, “Karenanya, dia mencopot Kim Honggeun dari jabatan dan mengasingkannya, lantas meninjau kembali Hukum Suap. Begitulah Ansong Kim mengakhiri kejayaannya. Tetapi, mereka tidak diam saja,” pada acara berburu, mereka melesatkan panah pada Raja Heonjong.

“Untungnya, Mendiang selamat dari kemalangan,” Ibu Suri melanjutkan, “Dari panah itu, Mendiang mendapatkan bukti yang dapat mengungkap dalang di balik segala kejahatan,” tetapi, sebelum bukti itu terungkap, Raja Heonjong wafat tiba-tiba.

Ibu Suri mehahan diri, “Tak lama, setelah Mendiang wafat, pelayan yang bertugas mencicip makanannya pun tidak bisa ditemukan. Jadi sudah tentu Mendiang diracun.”

Hwajin tercekat.

“Seandainya kami bergerak lebih cepat, tentu saat ini Mendiang masih hidup. Apa kataku, kau harus selalu berhati-hati?” Ibu Suri bukan sedang memarahi Hwajin.

“Sekarang boleh jadi kau masih selamat. Tetapi, jika kau tidak segera mengambil tindakan, segalanya bisa jadi sangat terlambat. Meski kali ini yang diburu adalah Oh Wol, pelayanmu, tetapi, selanjutnya boleh jadi kau yang akan menjadi korban.”

Hwajin rasa itu benar. Dia mengangguk-angguk.

“Aku akan mengajukan petisi, untuk melengserkan Ratu,” ini sangat mengejutkan Hwajin tapi tampak ada persetujuan besar yang tersembunyi di pelupuk matanya. Menurut Ibu Suri, Hwajin tak perlu melakukan apa pun, karena itu pulalah cara yang akan disukai Raja Cheoljong. Hwajin hanya diharap untuk menyetujui petisinya saja.

“Yang Mulia,” Hwajin agak bersimpuh, “mohon maaf dan terima kasih banyak, mohon bantulah saya,” pintanya, setulus hati.

Ibu Suri senang mendengarnya.

“Kau jaga saja kasih Raja terhadapmu,” nasihat Ibu Suri, praktis, “Karena peristiwa kemarin, tentu penilaian Raja terhadap Ratu menjadi berbeda, tanpa mengetahui niat jahat yang sesungguhnya.”

Hwajin setuju itu.

“Ah, cuaca hari ini sungguh tidak bagus. Apa akan hujan? Dayang Han,” panggil Ibu Suri, tidak keras, dan dia memintanya untuk menyalakan lebih banyak lilin agar ruangan ini tidak gelap.

MR. QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang