14 - 1: Prolog

257 18 0
                                    

Sementara meninjau ulang acara perjamuan kerajaan tempo hari, Raja menemukan … tulisan nama hidangan yang diberikannya pada hari itu sama persis dengan tulisan Ratu di surat-surat yang setiap malam belakangan ini sering dikirimnya. Untuk itu, Raja pergi ke Dapur Istana dan meminta penjelasan Manbok.
Dengan gelagapan, karena perihal tempo hari seharusnya dirahasiakan, Manbok menjawab, “Y-y-ya, itu saya yang menulisnya, Yang Mulia.”

“Benarkah semua ini adalah tulisanmu, bukan Ratu?” tanya Raja, sekali lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Benarkah semua ini adalah tulisanmu, bukan Ratu?” tanya Raja, sekali lagi.

“Y-yang Mulia Ratu tentu ada di perjamuan saat itu.” Manbok tidak berani menatap mata Yang Mulia Raja, dan terus saja tergagap.

“Lantas dikarena apa kau menggunakan anggur liar, pinus, dan buah persik untuk hidangan pembuka?” Raja menguji.

“I-i-tu, ya, karena sekarang adalah musim semi dan banyak buah persik, lantas tak lama lagi akan banyak anggur liar, d-dan, kalau pinus, dia selalu ada sepanjang tahun.”

“Manbok,” tegur Raja, baik-baik, “lihat mataku dan katakan yang sejujurnya.”

Manbok mencoba menatap Raja dan menguatkan diri, dan pertahanannya pun runtuh sehingga akhirnya dia mengatakan dengan jujur bahwa, “Yang Mulia Ratu tidak ingin Anda tahu bahwa beliau membantu Anda, Yang Mulia.”

Mendengar itu, dikarena tak paham mengapa akhirnya Ratu turut membantu juga ada rasa ingin mengucap terima kasih padanya, Raja pergi menuju Balai Daejo. Tapi, tampak dari luar, kediaman Ratu itu terlihat sudah sepi dan sangat tenang. Apakah Ratu sudah tidur? Pikir Raja, bertanya-tanya.

“Malam sudah larut, Yang Mulia. Kembali lagi saja besok,” saran Pangeran Yeongpyeong, pada Raja, tapi ….

Hyungnim kembalilah ke pondok,” ucap Raja, “bagaimanapun saya harus masuk. Saya harus mencari tahu; mengapa dia membantu dan apa yang dimaksudnya dengan ‘akan mengkhianatiku’.” Raja pun bergegas memasuki Balai Daejo.

Dan, di benteng paling belakang Istana Dalam, sehabis memijat Ibu Suri Agung, Tabib Park menulis dengan air ‘abyaha’, ‘ut’, dan ‘ra’, yang kemudian dibaca oleh … Hong Byeolgam dan ‘dicerna’ menjadi ‘Ratu dalam bahaya’. Segera, Hong Byeolgam pun menghapus tulisan acak itu dengan semangkuk air yang ada di tempat, dan dia memberi tahu Pangeran Yeongpyeong—yang masih berada di depan Balai Daejo—mengenai hal itu.

 Segera, Hong Byeolgam pun menghapus tulisan acak itu dengan semangkuk air yang ada di tempat, dan dia memberi tahu Pangeran Yeongpyeong—yang masih berada di depan Balai Daejo—mengenai hal itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MR. QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang