17 - 6: Bukan Kabar Burung

104 5 0
                                    

"Kata orang juga, kan, kabar burung dan mimpi itu selalu ‘berkata’ yang sebaliknya,” Bonghwan bicara dalam perbincangannya dengan para selir di halaman Balai Daejo. Kalimat pembukanya ini membuat Selir Hong terheran, karena rasa-rasanya baru kali ini dia mendengar bahwa kabar burung juga ‘mengatakan’ yang sebaliknya seperti mimpi, tapi dia tak memperpanjang masalah ini.

“Tidur sekamarku dengan Raja itu, kan, masalah pribadi, jadi, yah, gak perlu diumbar juga, gitu. Tapi, kalau kalian tahu, kalian PASTI akan kaget.” Bonghwan membuat Selir Hong dan Selir Yoon penasaran seketika. Mereka ingin mendengar lebih banyak lagi, pun dengan Selir Min yang segera mendekatkan telinganya pada Ratu.

Ratu Bonghwan pun menceritakan, bahwa di malam hari … blablabla-blablabla, Raja sungguh liar, memeluk dirinya sana-sini, begini-begitu—Selir Hong sampai tercekat, Raja sungguh gila, dimabuk kepayang, tidak ada duanya, dan Selir Min terkena serangan jantung sedang Selir Yoon menganga, lalu—Ouh, ouh, SUNGGUH itu adalah malam yang TAK AKAN pernah bisa dilupakan. Selir Min meleleh, Selir Yoon terlena, dan Selir Hong amat berdebar-debar dibuatnya. Mereka bersorak tanda ‘tidak sabar’.

“Hmh, begitulah kami menghabiskan malam yang panas bersama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Hmh, begitulah kami menghabiskan malam yang panas bersama. Huh, aku kesal sekali, tidak pernah bisa mengungkapkannya.” Bonghwan pura-pura berberat hati.

“Aih, rupanya Yang Mulia Raja amat berbeda dari yang terlihat.” Selir Hong berseri-seri, malu sendiri.

“Ey, gairahnya itu tercatat dalam sejarah, lho!” Bonghwan sekadar memberi tahu, dan—Eh? Jangan-jangan catatan itu ada karena dirinya, pikir Bonghwan, jadi takut.

“Kiranya siapa, ya, yang menyebarkan kabar burung itu, Yang Mulia?” Selir Min jadi penasaran, dan kalau menurut Selir Yoon, “Satu-satunya orang yang tak segan melakukan hal semacam itu, bukankah hanya Selir Agung, Yang Mulia?” dan kira-kira begitu pula yang dipikirkan oleh Dayang Choi selama ini.

Kebetulan, Selir Agung datang. Dia membawa pula busur dan anak panahnya di punggung. Dayang Choi dan Hong Yeon buru-buru maju untuk menjaga ratu mereka.

“Tidak apa-apa, biar kuhadapi,” kata Bonghwan, sembari berdiri dan, “Apa? Mau apa lagi sekarang?” Bonghwan sama sekali tidak takut pada Hwajin.

Hwajin hanya melirik perut Bonghwan. Sontak, Bonghwan memeluk perutnya tersebut, kemudian Hwajin berkata, “Apakah Anda yakin, Yang Mulia? Anda yakin, akan ‘berdiri’ bersama Yang Mulia Raja, melawan golongan Anda sendiri, dan menang?” Hwajin dan Bonghwan berbicara lebih pribadi, setelah mengutus para selir pergi dan mereka masuk ke Balai Daejo.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MR. QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang