10 - 4: Putus Hubungan

199 16 0
                                    

“Salam hormat, Yang Mulia Ibu Suri Agung, Yang Mulia Ratu ingin bertemu,” umum Hong Yeon, dari luar pintu, dan Ibu Suri Agung mempersilakan Bonghwan masuk. Dia … duduk membelakangi meja hidang dan Dayang Cheon juga tampak cukup muram.

Begitu masuk, Bonghwan langsung bisa melihat bahwa … makanan yang dihidangkannya masih utuh tak tersentuh, begitu juga, mungkin, dengan gukbab-nya yang tutupnya pun bahkan melekat di tempat.

Tamat sudah, batin Bonghwan, malang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tamat sudah, batin Bonghwan, malang. Harusnya aku tahu, wanita tua dingin macam dia tidak akan tersentuh oleh makanan yang biasa banget begitu. Bonghwan pun bersimpuh dan, dengan sangat berat hati, mengadu bahwa, “Mm, Yang Mulia, tampaknya keterampilan memasak saya agak berkurang setelah beberapa hari jauh dari dapur. Oleh karenanya ….”

Ibu Suri Agung balik badan seketika dan, Eh? Apa itu di sudut bibirnya? Ada nasi!

Ibu Suri Agung balik badan seketika dan, Eh? Apa itu di sudut bibirnya? Ada nasi!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Tahu, tapi tak dikenal. Kenal, tapi tak diketahui,” Ibu Suri Agung bukan berpantun, “Keterampilan memasakmu sungguh menakjubkan! Masakanmu ini bahkan … membangkitkan sebuah kenangan manis yang telah sangat lama kulupakan,” yaitu ketika dirinya di masih kecil disuapi oleh ibunda tercinta.

Eomeoni,” desis Ibu Suri Agung, terperih. Dan, ouh, ini adalah kesuksesan besar bagi Bonghwan. Hohoho.

“Yang Mulia, mohon maaf, ada nasi di …” Dayang Cheon mendekat untuk menyingkirkan nasi di bibir Ibu Suri Agung itu, tapi—

PLAK, Ibu Suri Agung menepis dan, “Beraninya kau!” serunya, lantas dia ambil pula nasi di bibirnya itu dengan lidah yang menjulur-julur. Dia tidak mau menyisakan barang sebutir nasi pun dari hidangan yang dibuat oleh Ratu Bonghwan itu.

Sekali lagi, Bonghwan sangat puas.

“Tetapi, kudengar,” Ibu Suri Agung bicara, “kau enggan untuk membagi keterampilan hebatmu ini pada Juru Masak. Apakah dia begitu tidak mumpuni?”

“Mm, sebetulnya dia memang agak keras kepala—”

“Jika begitu, singkirkan saja dia dari Dapur Istana. Lagi pun perihal racun arsen sungguh mengganggu.”

MR. QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang