05 - 4: Mengalihkan Perhatian

240 23 1
                                    

Malam ini, Kim Byeongin datang menemui ayahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam ini, Kim Byeongin datang menemui ayahnya. Sambil menyundut cerutu, Kim Jwageun mempersilakannya masuk. Kim Byeongin agak terkejut melihat kegiatan ayahnya itu, karena, setahunya, Kim Jwageun sudah lama tak menghisap cerutu. Tampaknya ada sesuatu yang membuat Kim Jwageun memulai kembali kebiasaan lamanya tersebut.

Kim Byeongin duduk dan meminta maaf.

“Maaf untuk apa?” kata Kim Jwageun, tak perlu.

“Lantas bagaimana untuk selanjutnya?”

“Aku sudah memberinya nasihat, tapi, jika dia belum paham juga, tentu saja harus dilenyapkan.”

“Siapa maksudnya?” Kim Byeongin prihatin.

“Siapa saja,” jawab Kim Jwageun, praktis, “karena tak ada itu kawan abadi.”

Kim Byeongin menggeleguk, lantas bicara, “Barangkali ini tidak tepat untuk diutarakan sekarang, tapi ada hal yang mesti saya sampaikan pada Anda.”

“Ya. Apa itu?” Kim Jwageun akan mendengarkan.

“Saya telah memutuskan untuk mempertinggi impian saya.”

“Oh, aku senang mendengarnya. Lantas, apa tempat yang kauinginkan?”

“Kepala … Bagian Peradilan,” sebut Kim Byeongin, mantap.

Kim Jwageun mengernyit, “’Peradilan’? Hanya setinggi itukah impian yang kau renungkan selama ini?” dia agak kurang puas, tapi Kim Byeongin bertekad untuk memulai segala dengan kemampuannya sendiri, lantas selanjutnya dia akan membuat ‘jalan’. Itu … sungguh lucu menurut Kim Jwageun.

“U-uuh,” Oh Wol sedang diobati di Balai Pengobatan Istana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“U-uuh,” Oh Wol sedang diobati di Balai Pengobatan Istana. Kedua lututnya terluka amat parah hingga dia tak sanggup duduk apalagi berjalan.

Jo Hwajin datang, dan menitikan air mata saat melihat keadaan pelayan setianya itu.

“Mohon maaf, seharusnya saya menjaga diri lebih baik.” Oh Wol amat sedih.

Hwajin menyangkal, “Sudah. Lututmu yang terluka ini telah mengatakan segalanya.”

MR. QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang