20 - 4: Hukuman yang Pantas

111 7 0
                                    

Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Chef Jang Bonghwan kembali melihat pemandangan kota; jalanan beraspal, trotoar penuh manusia, kendaraan di mana-mana, gedung berdesakan, belum lagi klakson tidak sabar yang memekakan telinga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Chef Jang Bonghwan kembali melihat pemandangan kota; jalanan beraspal, trotoar penuh manusia, kendaraan di mana-mana, gedung berdesakan, belum lagi klakson tidak sabar yang memekakan telinga. Sepintas, dia merasa pusing karena semua itu, dan … kalau dia tidak bisa mencari tahu sejarah lewat internet, maka cara lainnya adalah ….

TOKO BUKU DAEHAN. Nama toko itu terbaca jelas bahkan dari kejauhan. Ya, Bonghwan bisa mengetahuinya lewat buku Catatan Sejarah Joseon. Maka bergegaslah Bonghwan ke toko buku itu, dengan seragam pasiennya yang otomatis menarik banyak perhatian, tapi Bonghwan sama sekali tak memperhatikannya dan terlalu sibuk untuk itu. Dia bergerak cepat mencari bagian sejarah, dan menemukannya tidak lama kemudian. Segera, dia mengambil buku besar berjudul Catatan Sejarah Joseon dan tergesa-gesa mencari era pemerintahan Raja Cheoljong.

Di Joseon sendiri, sejarah benar-benar sedang diolah. Cheoljong terkapar tidak sadarkan diri, sedangkan Soyong, ratunya, sungguh lemas tak berdaya. Seketika, Soyong menyadari bahwa, “Hilang. Pria itu menghilang,” cerahnya, dalam nada suara yang benar-benar berbeda dengan nada ‘suaranya’ selama ini.

 Pria itu menghilang,” cerahnya, dalam nada suara yang benar-benar berbeda dengan nada ‘suaranya’ selama ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Argh,” perutnya masih terasa sakit, tapi, “Yang Mulia!” Cheoljong mungkin lebih menderita. Bersama rasa sakitnya itu, Ratu merangkak menuju Raja, dan mengguncangkan tubuhnya.

Ada darah di dadanya, ketika Soyong memeriksanya. Itu membuat hatinya tersayat dan bagaimanapun pendarahan itu mesti dihentikan dan Cheoljong harus bangun.

“Anda tidak boleh pergi seperti ini, Yang Mulia. Bangunlah, Yang Mulia.” Soyong bahkan menangis untuk rajanya itu, lantas ….

“A-a-argh,” Cheoljong merintih dan membuka mata.

“Yang Mulia!” seru Soyong, prihatin. Dari penglihatannya yang masih kabur, Cheoljong dapat melihat jelas rasa khawatir dan gelisah ratunya.

“Ratu, kau baik-baik saja?” tanyanya, begitu berucap.

“Saya baik-baik saja, Yang Mulia, tetapi Anda terus berdarah!” Soyong sangat takut kehilangan rajanya ini.

Dengan menahan sakit, demi ratunya juga, Cheoljong berkata, “Sakitnya setengah mati, yang berarti aku tidak mati. Rompi anti peluru ini menyelamatkan kita berdua.”

MR. QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang