09 - 6: Persoalan Rumit

173 14 0
                                    

Kasim Berluka yang merupakan Pria Bertopeng menggigil sambil bersimpuh di hadapan Kim Jwageun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kasim Berluka yang merupakan Pria Bertopeng menggigil sambil bersimpuh di hadapan Kim Jwageun. Gigilannya sangat tak tertahankan, tapi Kim Jwageun enggan memberinya obat. Alih-alih, dia terus memintainya keterangan.

“Lantas?” tanya Kim Jwageun, picik, mengenai seorang ‘pelayan’ yang tadi malam berkelahi dengan Pria Bertopeng di Rumah Utama Tuanku Kim Mungeun.

“D-dia pandai berkelahi. Dari caranya berjaga, t-tampaknya benar, buku itu ada di sana.” Kasim Berluka hampir berkejang karena menggigil.

“Jika kau bertemu dengannya lagi, apakah kau akan bisa mengenalinya?” tanya Kim Jwageun lagi.

“T-t-t-tentu saja. T-tuan, t-tolong,” Kasim Berluka meminta, dan Kim Jwageun menjatuhkan obat yang diminta, tapi menginjak tangan Kasim Berluka ketika obat itu hendak dia ambil.

“Sudah kuperingatkan;” ancam Kim Jwageun, “jika gagal, aku tak akan memberimu obat ini lagi. Lantas bagaimana kau akan menebusnya? Dengan memotong tanganmu?”

“TENTU saya akan menebusnya. Saya bersumpah.” Kasim Berluka bersedia melakukan apa saja. Dia pun mendapatkan obat itu dan segera menelannya. Kim Jwageun menganggap bodoh dan menyedihkan hidup Kasim Berluka ini, lantas pergi.













“Nah, apa ini?” seorang pedagang tiba-tiba mencegat Ratu Bonghwan dan Raja Cheoljong di pasar, sambil menunjukkan sebuah keramik putih bersih dengan berkata, “Ini namanya Guci Bulan warisan Dinasti Goryeo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Nah, apa ini?” seorang pedagang tiba-tiba mencegat Ratu Bonghwan dan Raja Cheoljong di pasar, sambil menunjukkan sebuah keramik putih bersih dengan berkata, “Ini namanya Guci Bulan warisan Dinasti Goryeo.”

“Beneran?! Langka tuh. Berapa harganya?”

“Itu palsu,” bisik Cheoljong, yang langsung mendapatkan pelototan Pedagang Keramik karena dia menggagalkan penipuannya yang hampir berhasil. Bonghwan sudah mengeluarkan kantong uang dan merogohnya untuk membeli guci palsu itu, tapi akhirnya tidak jadi beli karena diingatkan Raja.

“Mau coba-coba nipu, lu, ya? Hu!” Bonghwan monyong-monyong, mengeluarkan tinju sambil melengos. Cheoljong nyengir pada Pedagang Keramik, dan Pedagang Keramik heran; bagaimana seorang pelayan bisa tahu benda yang dijualnya itu palsu atau bukan sementara majikannya saja tidak menyadarinya? Hmmm.

MR. QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang