17 - 1: PROLOG

150 14 1
                                    

Berdasarkan pemeriksaannya, Tabib Yoon menyatakan Bonghwan mengandung. Dia hamil! Oh, ini berita yang SANGAT menggembirakan. Cheoljong menangis haru, Dayang Choi dan Hong Yeon tak terkira senangnya, Kasim Kepala terdiam takjub, dan Tabib Yoon sendiri pun menari riang. Tetapi Bonghwan … baginya ini adalah berita yang LUAR BIASA BURUK!

“Aku … hamil?” Bonghwan membengong kaget. Bagaimana bisa dia hamil? Dia kan … laki-laki, pria sejati, playboy papan atas. Tapi … hamil? Kehancuran macam apa ini? KENAPA DIRINYA HARUS HAMIL?!

Di tengah kegembiraan semua orang; Cheoljong yang meratapkan syukur, Dayang Choi dan Hong Yeon yang berdansa, Tabib Yoon yang berjoged, dan Kasim Kepala yang bertepuk tangan senang, Bonghwan justru … kegembiraan mereka justru, “DIAM, SEMUANYA!” membuatnya MARAH hingga berair mata, dan semua orang terdiam seketika; mematung pada posisi yang ‘tidak tepat’ hingga menahan napas.

Di tengah kegembiraan semua orang; Cheoljong yang meratapkan syukur, Dayang Choi dan Hong Yeon yang berdansa, Tabib Yoon yang berjoged, dan Kasim Kepala yang bertepuk tangan senang, Bonghwan justru … kegembiraan mereka justru, “DIAM, SEMUANYA!” me...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saking kesal, Ratu Bonghwan berair mata, lantas MENGUSIR semua orang pergi, tak terkecuali Cheoljong, rajanya, “Keluar, keluar, keluar. Keluar, semuanya!” dan Bonghwan menutup pintu rapat-rapat, membuat semua yang terusir menjadi heran serta bingung.

Tok-tok-tok-tok-tok, Cheoljong coba mengetuk dan Ratu membuka pintu sehingga Cheoljong tersenyum cerah, tapi … rupanya Bonghwan hanya bermaksud melemparkan selembar kain—milik Tabib Yoon yang digunakan untuk memeriksa kehamilannya tadi—tepat ke muka Cheoljong, dan BRURUK! Bonghwan menutup pintu ruang tidurnya rapat-rapat, tepat di depan hidung Cheoljong yang belum selesai mengambil napas. Para pelayan tertegun melihat ini, dan Cheoljong jadi mati gaya dan hanya, “Kiranya apa yang membuat Ratu menjadi demikian marah?”

“S-saya rasa, beliau bukan marah, Yang Mulia,” Dayang Choi tersesak-sesak, “beliau hanya … mengungkapkan kegembiraannya dengan cara yang berbeda,” katanya, lantas menyikut-nyikut Hong Yeon agar mendukung karangan ceritanya ini.

“O-oh,” Raja terhenyak, “jadi seperti ini yang disebut dengan ‘demam kehamilan’,” simpulnya, untuk sementara, sedang Bonghwan, ratu yang baru saja dinyatakan mengandung itu, tengah meratap di ruang tidurnya dengan amat menderita;

“Ini, sih, namanya bukan krisis identitas lagi. Aku akan lenyap, MENGHILANG selamanya! Terus, hidupku berakhir gini aja, gitu?” Bonghwan sedih sekali dan, dia bicara pada ‘Kim Soyong’ di cermin, “Aku, nih, bahkan gak mendukung itu, yang namanya pernikahan. Yah, kalaupun aku harus banget, gitu, menikah, aku GAK AKAN mau punya anak. Mikirin diri sendiri saja sudah susah, di dunia yang keras ini, gimana anak?! Ini, tuh, sama aja dengan aku nantangin buat ditembak meriam di tengah medan perang ….

…. Dan gak cuma itu,” Bonghwan ‘berdebat’ lagi, “hamil, melahirkan, itu tuh taruhannya nyawa! Aku harus mengorbankan seluruh hidupku buat calon anakku nanti. Ngapain? Kenapa aku harus mengorbankan hidupku yang indah ini buat anak yang aku gak pernah kenal sama sekali?”

“Uh!” Bonghwan tak terima dan dia menggebrak meja, “Wahai, semesta yang tak bertuan dan peristiwa alam, KENAPA AKU HARUS MENGALAMI SEMUA INI?! EUARGH

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Uh!” Bonghwan tak terima dan dia menggebrak meja, “Wahai, semesta yang tak bertuan dan peristiwa alam, KENAPA AKU HARUS MENGALAMI SEMUA INI?! EUARGH. UH! UH!” Bonghwan memukul-mukul alas tidur.

“Hamil? Aku hamil? Huuuuuu! Uh! Uh!” Bonghwan berkejang-kejang di alas tidurnya, berprotes pada semesta yang tak bertuan dan peristiwa alam yang sungguh kejam khusus pada dirinya.

MR. QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang