20 - 3: Taktik Ganda

101 7 0
                                    

PRUNG, PRURURUNG. WSSSSH.

“ITU PELEDAK. MUNDUR SEMUANYA!” Penjagaan di benteng istana menjadi tegang akibat sebuah peledak. Salah seorang penjaga mengorbankan diri; terjun memeluk peledak. Setelah cukup lama rasanya peledak itu dipeluk, ledakannya tidak terjadi juga, malah hanya asap yang keluar darinya, dan asapnya sangat pekat.

 Setelah cukup lama rasanya peledak itu dipeluk, ledakannya tidak terjadi juga, malah hanya asap yang keluar darinya, dan asapnya sangat pekat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Uhhuwk!” para penjaga terbatuk.

Sementara, di luar benteng sana, Hong Yeon, Bos Kecil dan anggota Kaum Tani lainnya tengah melempari benteng mereka dengan peledak yang sama terus-menerus. Malah, Dayang Choi melemparkan peledak yang seukuran kepalanya bagai bermain bola boling. Huh, dia puas sekali akan lemparannya itu. Benteng istana pun benar-benar dipenuhi asap dan seluruh penjaganya terbatuk hingga pingsan. 

Dari balik asap yang pekat itu, Kaum Tani datang. Mereka melangkah menerjang asap, tentu saja dengan memakai penutup hidung, dan menaklukan para penjaga istana tanpa kesulitan.

Beberapa melumpuhkan penjagaan jembatan, dan diantaranya adalah Manbok yang menerobos pintu benteng dengan dua pisau daging di tangan. Dia menghabisi tiga penjaga sekaligus dengan gaya. Wuih, dia terlalu banyak gaya sampai harus ditegur oleh Ayah Dam.

Kabar bobolnya Benteng Hanyang itu pun segera sampai ke telingan Kim Changhyuk di istana. Dia marah besar, “MEREKA BERHASIL MEMBOBOL BENTENG HANYANG DAN SEKARANG TENGAH MENYERANG BENTENG IBU KOTA? BAGAIMANA MUNGKIN?!”

“Benar, Tuan,” jawab pelapor, “tetapi jika Anda mengizinkan kami menggunakan meriam—”

“Untuk sekarang, kelancaran Upacara Penobatan mesti diutamakan. Usah keluarkan meriam, kirim saja semua prajurit ke Benteng Ibu Kota. LEKAS!”

“Baik, Tuan,” Pelapor bergegas.

Setelah Upacara Penobatan selesai digelar, Kim Changhyuk akan MENGHABISI mereka semua. Dia hanya harus bersabar sebentar lagi, tapi … sepertinya Upacara Penobatan belum bisa diselesaikan, karena ….

“BAGAIMANA STEMPEL KERAJAAN BISA HILANG?!” Ibu Suri Agung MENGAMUK dan hampir gila. Dia sendiri bahkan ikut mencari benda yang amat penting itu, sehingga membuat semua orang menjadi semakin panik, sementara … Raja Kecil gelisah di takhtanya.

“Sebetulnya apa saja yang kaukerjakan, Adik? Mengapa kau sangat tidak berguna?!” Ibu Suri Agung melengking-lengking menyalahkan Kim Jwageun, yang tak mengatakan apa pun seraya menundukkan kepala.

Tiba-tiba Kim Changhyuk menerobos masuk setelah satu atau dua ketukan.
Kim Jwageun menghampirinya dan lekas bertanya, “Ada apa?”

Kim Jwageun menghampirinya dan lekas bertanya, “Ada apa?”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MR. QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang