12 - 4: Salah Antar (Ver. Pelayan Cilik)

158 9 1
                                    

Tiga gendang bulat dipukul indah oleh seorang wanita penghibur, dengan sepasang alat pemukul yang tampak seperti stik drum tapi lebih tebal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiga gendang bulat dipukul indah oleh seorang wanita penghibur, dengan sepasang alat pemukul yang tampak seperti stik drum tapi lebih tebal. Dia ‘menyentuh-nyentuh’ permukaan gendang dengan tempo sangat cepat, ‘mengelus’ bagian pinggirnya pula, dan berpindah dari gendang satu ke gendang lainnya—yang ketiganya menggantung setinggi muka—dengan liukan-liukan badan yang aduhai bagai tarian. Ditambah, wanita ini pun terus tersenyum sepanjang pertunjukan. Di tengah itu, Raja kembali menempati tempat duduknya—dengan pakaian resminya—di singgasana halaman Istana Raja ini.

Ibu Suri Agung berkomentar, “Kau diam saja selama ini, padahal memiliki keterampilan bertarung sebaik itu. Tentu rasanya sangat menyiksa, bukan?”

“Sama sekali tidak, Yang Mulia,” jawab Raja, “Saya sudah terbiasa duduk diam seperti ini.”

“Begitu?” Ibu Suri Agung sinis.

Sementara kebanyakan pejabat menikmati pertunjukan, Kim Jwageun memalingkan mukanya ke arah Raja Cheoljong dan mengamati ‘anak’ itu. Kim Jwageun sedikitnya menaruh rasa penasaran, terhadap Cheoljong, setelah pertarungannya dengan Kim Byeongin tadi, dan kira-kira … apa yang akan Cheoljong lakukan untuk mengatasi kekacauan hari ini? Kim Jwageun cukup menantikan aksinya. Sedangkan Jo Manhong, entah untuk urusan apa, tiba-tiba angkat diri dari tempat duduknya dan meninggalkan acara.


















 Sedangkan Jo Manhong, entah untuk urusan apa, tiba-tiba angkat diri dari tempat duduknya dan meninggalkan acara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SYUK. Kuruk, kuruk, kuruk, kuruk. Alih-alih menancapkan belatinya ke leher Dayang Choi, Kepala Han Joseon justru membubuhkan tanda nama di teropong istimewa Dayang Choi, karena ….

“Benarkah Anda bukan pria dalam teropong itu?” tanya Dayang Choi, seolah tak percaya serta berseri-seri. Dia berdalih, alasannya membuntuti Kepala Han Joseon adalah karena yang bersangkutan amat mirip dengan gambar pria yang ada di teropong.

“Aih, bukan. Mengapa kau begitu tidak percaya?” Kepala Han Joseon menyombong. Katanya, “Memang, kalau dari perawakan, aku sungguh mirip dengan pria di gambar itu; kekar, gagah,” Dayang Choi menahan tawa di sini, “namun, sayangnya, itu bukan aku.”

“Ah, dapat bertemu dan mendapatkan tanda nama Anda langsung seperti ini pun, sungguh suatu kehormatan bagi saya.” Dayang Choi melanjutkan sandiwaranya.

MR. QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang