19 - 2: Pengorbanan Terbesar

82 6 0
                                    

"Uhuk! Uhk!” Bonghwan terbatuk setelah lepas dari cekikan. Lehernya masih terasa sakit dan dia tidak mau percaya lagi pada Kim Byeongin, meski pria itu menyodorkan uluran tangan padanya.

Karena perasaan yang bercampur aduk, Kim Byeongin pun menarik kembali uluran tangannya itu dan … bertanya, “Semenjak kapan kau berada di dalam tubuh Soyong?”

“Sejak terbangun, setelah perempuan ini jatuh ke danau.” Bonghwan menjawab dengan terengah-engah.

“Lantas bagaimana kau bisa tahu segalanya tentang aku dan Soyong?”

“Tiba-tiba saja aku melihat ingatan perempuan ini. Karena itulah aku tahu.” Bonghwan tidak bisa memberikan penjelasan yang lebih baik dari itu, bagaimanapun Kim Byeongin menginginkannya.

Kim Inwoo dan prajurit lainnya datang. Mereka menemukan Ratu, dan Kim Byeongin tiba-tiba menarik pedangnya dari sarung. Bonghwan meringkuk melindungi diri, tapi … rupanya Kim Byeongin malah berdiri membelakangi Bonghwan, yang artinya dia melindungi Bonghwan dari Kim Inwoo dan prajurit lainnya.

Kim Inwoo merasa dikhianati karenanya.

“Berdiri,” ucap Kim Byeongin pada Bonghwan, “jika kau tidak ingin mati di sini,” lalu dia mengulurkan tangannya lagi pada Bonghwan, sambil berkata, “Raihlah tanganku, setidaknya sampai kau bisa lolos dari serangan ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Berdiri,” ucap Kim Byeongin pada Bonghwan, “jika kau tidak ingin mati di sini,” lalu dia mengulurkan tangannya lagi pada Bonghwan, sambil berkata, “Raihlah tanganku, setidaknya sampai kau bisa lolos dari serangan ini.”

“Apa maksudnya?” Bonghwan tidak lantas percaya pada ucapan Kim Byeongin.

“Jika kau memiliki ingatannya, artinya Soyong masih ada di dalam sana. Karena itulah, kau mesti hidup. Kau mesti selamat.” Kim Byeongin tidak main-main dengan ucapannya, dan Bonghwan bisa merasakannya. Bonghwan pun meraih uluran tangan Kim Byeongin tadi dan berdiri di belakangnya.

Kim Inwoo benar-benar telah dikhianati. Kim Byeongin membawa ‘Soyong’ pergi dari serbuan, tapi Kim Inwoo menghentikannya, “Sudah kuduga. Pada akhirnya kau lebih memilih wanita yang kaucinta. Berhenti. Kau tidak bisa seperti ini.”

“Menyingkir. Aku tidak ingin melukaimu.” Kim Byeongin pun melewati Kim Inwoo bersama Soyong, tapi … perkataan Kim Byeongin ini membuat Kim Inwoo tersinggung.

“KAU SELALU BERTINGKAH SOMBONG! EUARGH!” Kim Inwoo menyerang Kim Byeongin dengan pedangnya, tapi berhasil ditangkis dengan mudah, meski serangan itu berasal dari arah belakang. Kim Byeongin sama sekali tidak melepaskan genggamannya dari Soyong.

“EUARGH!” Kim Inwoo menyerang lagi, tapi Kim Byeongin berhasil menjatuhkannya dengan cukup mudah pula. Lalu Kim Byeongin membawa pergi Soyong dari pertarungan, dan Kim Inwoo mengumumkan, “KEJAR! MENTERI PERANG TELAH MELANGGAR SUMPAHNYA. KINI KALIAN HANYA BOLEH MENGIKUTI PERINTAHKU. KEJAR MEREKA!”

“BAIK!” Keempat prajurit yang tadinya adalah ‘milik’ Kim Byeongin kini hanya akan mendengarkan perintah Kim Inwoo. Mereka bergerak mengejar Kim Byeongin dan Ratu yang telah berlari cukup jauh dan … tiba-tiba pria itu muncul; pria dengan topeng dokkaebi-nya yang menyeramkan.

MR. QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang